Menguak Penyebab Kematian Bayi Akibat Lahir Prematur

Ilustrasi-Bayi preamtur yang mendapatkan perawatan intensif di dalam inkubator.
Sumber :
  • REUTERS/Khaled Abdullah

VIVA – Kasus kematian tertinggi pada kelompok bayi, tercatat disebabkan oleh kelahiran prematur. Dengan kelahiran yang terlalu dini ini, bayi rentan alami ragam penyakit yang akhirnya memicu kematian.

Bayi lahir prematur, artinya kelahiran yang terjadi terlalu dini, atau sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu. Di kondisi ini, perkembangan pada bayi belum cukup matang untuk bisa hidup secara normal.

"Dari segi organ-organnya belum berkembang dengan cukup matang, seperti sistem pernapasan, sistem pencernaan, dan heparnya. Dari tiga hal ini, memicu bahaya yang berakibat kematian pada bayi prematur," ujar Direktur Kesehatan Keluarga, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dr. Eni Gustina, MPH, kepada VIVA, beberapa waktu lalu.

Pada hepar, lanjut Eni, ketidakmampuan bayi prematur untuk menghancurkan toksin di darah, membuatnya sulit bekerja secara optimal. Tak sedikit, akhirnya berdampak pada kondisi bayi prematur yang nampak kuning.

"Kedua, pada organ tenggorokan, belum siap untuk menelan. Ditambah paru-parunya masih kempis, atau belum berkembang secara matang. Ini bisa memicu sesak napas atau asfiksia, sehingga sulit untuk konsumsi ASI," ucapnya.

Sementara itu, menurut Eni, dari sistem pencernaan, organ yang belum matang membuat proses mencerna ASI pada bayi menjadi semakin sulit. Sebab, pencernaannya belum mampu bekerja secara maksimal.

"Saat menyusui, jadi tersedak karena sesak napas, ditambah ususnya belum bisa mencerna dengan baik. Akhirnya, daya tahan tubuhnya melemah dan otomatis menyebabkan infeksi. Maka, peran kematangan organ tubuh pada bayi untuk bisa bertahan hidup sangat diperlukan,” katanya.