Nasi Glewo, Kelezatan Kuliner Semarang yang Terancam Punah

Nasi Glewo Semarang.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dwi Royanto

VIVA.co.id – Anda warga asli Semarang, Jawa Tengah, yang telah tinggal lama di Ibu Kota Jakarta? Anda pasti rindu dengan kuliner khas Kota Lumpia ini.

Apalagi kini semakin banyak kuliner tradisional yang mulai hilang dan sulit ditemukan di pasaran. Salah satunya, kuliner Nasi Glewo?.

Ya, Nasi Glewo memang tergolong salah satu kuliner khas Semarang yang bisa dibilang hampir punah. Makanan yang populer di era 1980-an itu kini sangat jarang dijual. Alasannya pun klasik. Banyak generasi penjual Nasi Glewo yang memilih tidak meneruskan usaha leluhurnya.

Tapi, tidak bagi Rika Narulita. Wanita berusia 29 tahun itu justru berpikir sebaliknya. Warga Jalan Miroto, Semarang tersebut memilih nekad meneruskan usaha leluhurnya dengan berjualan Nasi Glewo.

“Banyak orang mungkin yang lupa dengan Nasi Glewo. Makanya saya ingin tetap melestarikan kuliner yang hampir punah ini, khususnya memperkenalkan kepada masyarakat,” kata Rika kepada VIVA.co.id, Kamis, 7 September 2017.

Rika mengaku, ia meneruskan usaha berjualan Nasi Glewo milik sang ibunda, Usna. Pada dekade 1990-an, ibunya kerap berjualan Nasi Glewo di lapak sederhana yang berlokasi di Padepokan Ganesa.

Kala itu, usaha Nasi Glewo sang ibu sempat populer dan ramai pembeli. “Tapi akhirnya pasang surut karena ibu memutuskan untuk tidak jualan lagi,” ujarnya.

Sejak saat itu Rika memutuskan untuk melanjutkan usaha tersebut. Ia bahkan tetap mempertahankan resep asli Nasi Glewo milik ibunya.

(VIVA.co.id/Dwi Royanto)

Mirip Bubur India

Sepintas, tekstur Nasi Glewo hampir mirip dengan masakan bubur India yang kerap ada setiap bulan Ramadan di Masjid Pekojan. Makanan ini berbahan utama daging sapi koyoran dengan campuran kuah santan nyemek.

Bumbu khas Nasi Glewo yakni bawang merah, bawang putih, kemiri, kencur, daun salam, dan lengkuas. Bumbu itu lalu dihaluskan dan ditumis. Setelah itu baru dicampur dengan rebusan daging koyoran dan santan.

Pada tahap ini, bumbu harus dimasak dengan api kecil selama 10 menit.

“Cara masak ini masih saya pertahankan. Bedanya kalau dulu masaknya pakai tungku tapi sekarang pakai kompor. Tapi wadah sendiri harus khas daun pisang,” ujar ibu dua anak itu.

Untuk menambah cita rasa, Nasi Glewo biasanya tak lepas dari makanan pendampingnya, yakni emping melinjo dan ditaburi bawang goreng serta sambal terasi khas Semarang. Barulah Nasi Glewo siap disantap.

Saat ini, kuliner Nasi Glewo diperkenalkan kembali di festival kuliner Lezaatnesia di pelataran Mal Sri Ratu Semarang. Event yang diinisiasi oleh Komunitas Kuliner Semarang tersebut berlangsung pada 5-10 September 2017.

“Kebetulan yang datang masih banyak. Kebanyakan mereka warga yang ingin bernostalgia makanan khas Semarang. Harganya juga terjangkau, yakni Rp15 ribu per porsi,” katanya.