Rempah Indonesia Kunci Masakan Surga Orang Eropa

Rempah-rempah.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA.co.id – Tradisi gaya makan ala penduduk lokal Prancis dikenal sebagai gastronomi. Mereka mengawali makan dengan makanan pembuka lalu ikan atau daging, sayuran, keju, dan mengakhirinya dengan minuman beralkohol. Berkelas, gaya ini sering dipraktikkan dalam momen penting dan berharga.

Namun, tak hanya di Prancis, Indonesia dikenal sebagai dapur gastronomi yang kaya dengan bumbu-bumbu sedap masakan. Dahulu, sekitar tahun 1500, makanan yang diberi bumbu diberi label sebagai makanan surga. Makanan seperti ini hanya ada di kalangan elite orang Eropa, karena saat itu, bumbu lebih mahal dari emas.

Revolusi citarasa di Prancis pun terjadi yang memicu ekspedisi besar-besaran. Dengan biaya besar, orang-orang Eropa berburu aneka bumbu, seperti lada, cengkeh, pala, dan kayu manis. Menurut temuan, ternyata penghasil bumbu itu ada di lima pulau kecil di Indonesia yang saat itu tak bertuan dan tak bernama.

"Pulau Makian, Bacan, Ternate, Tidore, dan Banda," kata Prof. Moerdijati Gardjito, dalam Dialog Gastronomi Nasional, di Kantor Kementerian Pariwisata, Jakarta Pusat, Rabu 29 Maret 2017.  

Fadly Rahman, sejarawan makanan Indonesia menjelaskan, tonggak sejarah gastronomi di Indonesia berasal dari adanya buku masak pertama yang terbit pada 1857 berjudul Kokki Bitja. Tepat 100 tahun kemudian, terbit buku berjudul Pandai Masak yang didefinsikannya sebagai ikon kebangkitan gastronomi Indonesia, setelah masa kolonial. Pada 1967, terbitlah buku Mustika Rasa.

"Buku kumpulan resep (Mustika Rasa) dikumpulkan dengan telepon dan telegram. Isinya 1960 hidangan seluruh Indonesia," kata Moerdijati yang juga menjabarkan bahwa 3.257 hidangan, kurang lebih 208 di antaranya adalah makanan utama, 1.805 lauk pauk, 1.013 kudapan, dan 147 aneka jenis minuman.

Ia menambahkan, dari makanan utama yang paling bervariasi adalah di Jawa dan Sumatera. Makanan utamanya ada empat komponen. Minuman, kudapan, lauk pauk, dan keempat adalah makanan utama. (art)