Studi: Makanan Mahal Belum Tentu Sehat

Menusarapan sehat
Sumber :
  • Pixabay/maroonedonisland

VIVA.co.id – Menurut sebuah studi terbaru yang dipublikasikan dalam Journal of Consumer Research, banyak orang percaya bahwa makanan sehat harus lebih mahal dari makanan yang tidak sehat, dan bahwa makanan sehat memang sudah seharusnya mahal.

Bahkan, peneliti dalam studi tersebut menemukan harga yang tinggi akan meyakinkan konsumen bahwa makanan tersebut sehat.

"Ini memprihatinkan. Temuan ini menunjukkan bahwa harga makanan saja dapat berdampak pada persepsi kita tentang apa makanan yang sehat," kata Rebecca Reczek, asisten penulis studi sekaligus profesor pemasaran di The Ohio State University Fisher College of Business, seperti dikutip dari Huffington Post.

Menurut Reczek, tujuan dari studi ini adalah untuk menguji kepercayaan populer, yang juga dikenal sebagai teori awam, bahwa mengonsumsi makanan sehat berarti Anda harus siap menghabiskan lebih banyak uang.

Dalam satu percobaan, tim Reczek memberi sekelompok peserta produk makanan baru yang disebut ‘granola bite’. Beberapa peserta diberi tahu bahwa produk itu sangat sehat. Peserta lain diberi tahu bahwa produk itu memiliki nilai gizi yang sedikit.

Hasilnya, peserta yang diberi tahu bahwa ‘granola bite’ adalah makanan yang sehat, menebak makanan itu memiliki harga yang mahal. Sebaliknya, mereka yang diberi tahu makanan tersebut tidak begitu sehat, menebak harga ‘granola bite’ jauh lebih murah.

"Orang-orang tidak percaya bahwa protein bar yang paling sehat di dunia sebenarnya memiliki harga yang lebih murah dari rata-rata. Mereka harus membaca label nutrisi untuk meyakinkan diri mereka bahwa ini benar adanya. Mereka lebih mudah menyimpulkan, bahwa protein bar yang menyehatkan memiliki harga dua kali lipat dari rata-rata,” ujar Reczek.

Kenyataannya, kebanyakan orang percaya bahwa makanan sehat seharusnya memiliki harga mahal, menurut Reczek. Padahal itu adalah anggapan yang salah. Untuk itu, ia menyarankan orang agar mulai berbelanja cerdas.

"Kita dapat membandingkan label nutrisi dan kita dapat melakukan penelitian sebelum pergi ke swalayan. Kita dapat menggunakan fakta, bukan intuisi kita,” katanya.

(ase)