Hadiah Lebih Efektif daripada Menghukum Anak Remaja
- VIVAnews/Joseph Angkasa
VIVA.co.id – Membujuk anak remaja Anda yang merengut ketika diminta membereskan kamar, memang sangt menguji kesabaran. Tetapi, mengancam akan menghukum mereka jika tidak melakukannya, justru bukan cara yang efektif.
Tidak seperti otak orang dewasa yang dapat menilai dengan seimbang antara hukuman dan penghargaan, remaja usia 12-17 tahun masih belum bisa melakukannya.
Karenanya, para peneliti di University College London menyarankan, memberi sogokan lebih berpengaruh daripada memberi hukuman. Setidaknya, itu cara terbaik dalam memotivasi anak remaja. Selain itu, cara ini juga efektif untuk mendorong semangat anak yang masih bersekolah.
Penelitian yang diterbitkan di PLOS Computational Biology tersebut, melakukan perbandingan pada remaja dan orang dewasa akan bagaimana mereka membuat pilihan berdasarkan informasi yang tersedia.
Menurut laman yang dilansir Dailymail, penelitian ini melibatkan 18 partisipan berusia antara 12-17 tahun dan 20 partisipan berusia antara 18-32 tahun. Mereka diminta menyelesaikan beberapa tugas, di mana mereka harus memilih di antara simbol abstrak. Setiap simbol diasosiasikan dengan peluang pasti mendapat hadiah, hukuman, atau tidak ada sama sekali.
Seiring dengan percobaan yang terus berjalan, para partisipan mempelajari simbol mana saja yang berujung pada hasil tertentu dan menyesuaikan pilihan mereka. Remaja dan orang dewasa sama-sama dapat memilih dengan baik simbol yang berkaitan dengan hadiah. Tetapi, remaja tidak begitu baik dalam menghindari simbol yang berkaitan dengan hukuman.
Selain itu, orang dewasa juga memiliki kinerja yang sangat baik ketika diberitahu apa yang akan terjadi, jika mereka memilih setiap simbol. Sementara itu, remaja tidak terlalu menghiraukan informasi ini.
Dr. Stefano Palminteri yang menjadi pemimpin dalam penelitian ini mengatakan, “Kami menemukan bahwa remaja dan orang dewasa belajar dengan cara berbeda. Sesuatu yang mungkin relevan dengan pendidikan. Tidak seperti orang dewasa, remaja tidak begitu baik dalam belajar memodifikasi pilihan mereka untuk menghindari hukuman.”
Hal ini menunjukkan, lanjut Dr. Stefano, sistem insentif berdasarkan hadiah dibanding hukuman lebih efektif untuk kelompok usia ini.
Untuk menginterpretasi hasilnya, para peneliti kemudian membuat model pembelajaran dengan komputer dan melakukan simulasi pada kelompok remaja hingga mendapatkan hasilnya.
Dengan membandingkan data eksperimen pada model, tim peneliti menemukan bahwa prilaku remaja mengikuti model yang berdasarkan hadiah sederhana, sedangkan prilaku orang dewasa mencocokkan dengan model kontekstual dan komplit.
Penulis penelitian Profesor Sarah-Jayne Blakemore mengatakan, hasil penelitian ini bisa berguna bagi orangtua dan guru untuk menyimpulkan sesuatu menjadi lebih positif. Misalnya, dengan mengatakan ‘Aku akan mengurangi uang jajanmu, jika kamu tidak mau mencuci piring’.
Jika mereka bersedia melakukannya, berikan uang jajan ekstra untuk mereka. Cara ini, menurut penelitian, jauh lebih efektif untuk dilakukan. (asp)