Kenali Tahapan Perkembangan Bicara pada Anak
- Pixabay
VIVA.co.id – Beberapa mitos yang beredar di masyarakat terkait tumbuh kembang anak adalah kalau anak lebih dahulu berjalan, biasanya bicaranya akan sedikit terlambat. Begitu pun sebaliknya, saat anak lebih dahulu bicara, biasanya jalannya akan sedikit terlambat.
Nyatanya mitos hanyalah mitos. Dr. Jenni K Dahliana, SpA membantah hal tersebut. Ia mengatakan itu semua merupakan masalah tumbuh kembang anak yang harus selalu dipantau.
"Bukan, tidak ada hal seperti itu," ujarnya saat ditemui VIVA.co.id di Bilangan Salemba, Jakarta Pusat, Kamis, 2 Juni 2016.
Dokter bertubuh mungil ini mengatakan, di situlah pentingnya orangtua terus memantau tumbuh kembang anak. Karena itu, untuk masa depan anak mereka.
"Tidak ada namanya anak tahu-tahu bisa ngomong. Semua ada tahapannya. Misal anak usia dua tahun, mereka harus sudah bisa berlari, dan mengucapkan dua kata,” kata dia.
Ia melanjutkan, kemudian saat anak menginjak usia dua bulan, itu merupakan waktu di mana ia mulai cooing (mengatakan aaaah, oooo). Nah, kalau anak sampai usia tiga hingga empat bulan belum bisa cooing, menurut Jenni, orangtua harus mulai hati-hati karena ada sesuatu pada anak mereka.
"Kemudian lagi, anak usia enam bulan, kalau dipanggil harusnya noleh. Kalau enggak, ya orang tua harus sadar, jangan-jangan ada yang tidak benar dari pendengarannya,” katanya.
Di usia enam hingga sembilan bulan, si kecil biasanya juga mulai babbling (mengoceh dengan suku kata tunggal), dan usia satu tahun mulai keluarkan kata “mama”, “papa”, dan satu hingga dua kata bermakna. Usia dua tahun mereka pun sudah bisa menggabungkan dua kata.
"Perkembangan tiap bulan harus dipantau. Kalau tidak sesuai harus bertindak. Semakin cepat bertindak hasilnya akan lebih baik. Ingat, usia perkembangan kritis anak adalah satu hingga dua tahun,” ucapnya.