Kenali Gaya Belajar Anak demi Optimalkan Kecerdasan
- Pixabay
VIVA.co.id – Setiap orang tua pasti ingin memiliki anak cerdas. Dan sebagian lagi menginginkan anak mereka tidak hanya cerdas, namun juga bertalenta.
Psikolog dari Universitas Harvard, Dr Howards Gardner, menjembatani kaitan kecerdasan dengan talenta tersebut. Teori itu disebut multiple intelligence (MI) atau kecerdasan majemuk.
Berdasar teorinya, Howards menilai setiap orang itu cerdas dan unik, namun orang berbakat atau bertalenta akan memiliki kemampuan sangat menonjol di satu atau beberapa kecerdasannya.
"Seiring dengan semakin berkembangnya zaman, kecerdasan tidak dilihat dalam bentuk angka saja, tapi multiple intelligence," ujar Dr Rose Mini A Prianto, M.Psi, Psikolog dan Presiden Direktur ESSA Consulting saat ditemui belum lama ini.
Berdasarkan MI, setiap anak memiliki beragam kecerdasan, namun hal itu harus distimulasi agar berkembang optimal.
"Setiap anak punya beragam kecerdasan, dari satu kecerdasan bisa timbul talenta lebih dari satu, jika semakin intens stimulasinya," ujar dia.
"Dan dalam proses stimulasi, ada tiga hal yang perlu diperhatikan, antara lain gaya belajar, pola asuh, kecerdasan emosi," imbuh Rose.
Untuk gaya belajar ini, setiap anak memiliki gayanya masing-masing, dan agar informasi yang diberikan bisa diserap anak dengan baik, ibu harus bisa memberikan informasi sesuai dengan gaya belajar anak. Kalau tidak, anak justru jadi ketinggalan.
Ada tiga macam gaya belajar anak, yaitu visual atau looker, auditori atau listener, dan kinestetik atau mover.
Anak visual akan menyerap informasi melalui indera penglihatan. Ciri yang tampak adalah mudah mengingat hal yang pernah dilihat, seperti gerakan, warna, bentuk, dan ukuran, kemudian gemar mengobeservasi lingkungan, dan memiliki koordinasi mata tangan yang baik.
Untuk anak auditory, mereka menyerap informasi dengan indera pendengaran. Ciri-cirinya, lebih mudah menyerap informasi dari yang didengar, senang menirukan suara dan mudah mengingat suara yang didengar, cenderung banyak bicara.
Sedangkan anak kinestetik, cara mereka menyerap informasi dengan menggunakan indera peraba. Cirinya, seperti suka melakukan aktivitas fisik yang memungkinkan terus bergerak, suka kegiatan motorik kasar, ingin menyentuh semua benda yang dilihat, dan lebih cepat berjalan daripada bicara.
Di usia nol hingga 12 bulan, anak visual cenderung tenang, senang mainan berwarna warni, rewel jika apa yang dilihat berubah. Untuk anak auditori di rentang usia yang sama, mereka cepat belajar bicara, tertarik pada irama, musik, dan senang mainan berbunyi. Anak kinestetik cenderung tenang saat digendong, suka dengan permainan yang membuatnya terayun-ayun.
(ren)