Tips Mendidik Anak Generasi Milenial

Ilustrasi orangtua remaja
Sumber :

VIVA.co.id – Generasi milenial diprediksi menjadi generasi terbesar dari keseluruhan populasi di Indonesia pada tahun 2020 mendatang. Bagi Anda yang belum tahu, generasi melenial adalah mereka yang lahir antara tahun 1990-2000. Menurut catatan Yoris Sebastian dari OMG Consulting, pada 2020, jumlah usia produktif melonjak hingga 50-60 persen.

Kini jumlah orang dengan usia produktif, yakni 15 hingga 35 tahun sudah mencapai 40 persen, dan bukanlah rahasia bahwa generasi milenial merupakan generasi yang sangat melek digital. Bisa dikatakan mereka adalah pengguna terbesar media sosial.

Mereka juga sangat konsumtif dan menjadi target pasar yang sangat potensial. Berdasarkan data yang didapat dari obrolan di Twitter yang dilakukan Provetic, diketahui fakta bahwa orang dengan rentang usia 20 hingga 24 tahun menjadi usia pengguna Twitter terbesar, yaitu sekitar 45 persen dari total responden atau sebanyak 4.670 akun.

Hal ini yang menguatkan bahwa kalangan milenial ini memiliki perilaku konsumtif. Belanja, traveling, membeli tiket konser dan film menjadi prioritas mereka. Tak pelak, perilaku konsumtif generasi milenial, terkadang menimbulkan gesekan dengan orangtuanya.

"Menyoroti generasi milenial yang sangat konsumtif ini tidak bisa dipisahkan dari kemudahan mereka untuk berbelanja. Sebab, mereka berpikir dan memiliki persepsi bahwa uang itu mudah dicari," ujar Ivan Sudjana M.Psi., Dosen Fakultas Psikologi UI kepada VIVA.co.id saat ditemui seusai acara Diskusi Forum Ngobras dengan tema Survival Guide Generasi Milenial Menuju Tahun 2020 di kawasan Jakarta Selatan, Rabu, 13 April 2016.

Ia pun menambahkan bahwa pendidikan dari orangtua sangatlah penting. Untuk itu, sebisa mungkin orangtua dapat menjadi sumber inspirasi bagi mereka. Itu karena sudah terbukti bahwa generasi milenial akan mengikuti siapa saja yang bisa menginspirasinya.

"Generasi milenial itu tumbuh ketika orangtua menghayati bahwa setiap individu berbeda, sehingga harus ditangani berbeda. Hukuman fisik pada anak sangat berkurang, sehingga toughness-nya berbeda," kata Ivan.

Orangtua juga diharapkan agar tidak terlalu memanjakan anak dan menganggap bahwa anak mereka spesial. Orangtua dapat memfokuskan kemampuan anak yang menonjol agar anak menjadi berkualitas dan perlu diingat, orangtua pun harus jujur tentang kualitas anak yang tidak nomor satu.