Mau Berikan Hukuman pada Anak, Ketahui Aturannya
Kamis, 25 Februari 2016 - 16:32 WIB
Sumber :
- Pixabay
VIVA.co.id - Memberikan hukuman pada anak, memang susah-susah gampang. Takut anak menjadi trauma, membenci orangtua, dan masih banyak ketakutan lain yang dihadapi oleh orangtua.
"Padahal, sebenarnya dengan cara yang baik, orangtua masih bisa memberikan hukuman pada anak. Tidak harus dengan melakukan kekerasan, membentak, memukul," kata Roslina Verauli, psikolog yang ditemui dalam acara Kampanye Grow Them Great Bebelac di Kembang Goela Resto, Jakarta Pusat, Kamis 25 Februari 2016.
Baca Juga :
"Reinforcement punishment, contohnya saja kalau diulangi lagi saat melakukan kesalahan, maka nanti jam mainnya dihilangkan. Buat anak-anak, jam main kan penting sekali, atau kasih challenge, dan kalau anak berhasil maka beri hadiah atau pujian."
Untuk challenge, atau tantangan tersebut, Verauli memberi contoh, saat dua saudara sering bertengkar satu sama lain, maka beri tantangan pada mereka, jika mereka tidak bertengkar, berikan reward atas sikap mereka.
Meski tidak menyarankan dilakukan hukuman seperti duduk di kursi, namun Verauli mengatakan bahwa ada aturan yang perlu diketahui oleh orangtua untuk menerapkan hukuman model ini, agar tidak menimbulkan rasa benci, atau trauma pada anak.
"Lihat dulu usia anak berapa, makin kecil anak, maka waktu yang diberikan makin sedikit. Preschool misalnya, berikan waktu dua menit. Namun, setiap setengah menit lihat dan tanya apakah anak sudah menyadari kesalahannya. Kalau lebih tua usianya, bisa lebih panjang waktunya."
Namun, karena setiap anak punya takaran berbeda, maka tidak ada ketentuan berapa lama waktu yang dibutuhkan. Yang jelas, pastikan cek kondisi anak setiap setengah menit.
Menurutnya, cara paling efektif untuk menghukum anak adalah dengan mengajak anak diskusi. Usia 0 hingga 5 tahun, ajak diskusi lewat mainan, main pura-pura.
Sedangkan untuk usia SD, ajak anak diskusi seperti dari teman ke teman. Verauli menyarankan, saat berdiskusi dengan anak, biarkan anak bercerita, jadikan ungkapan ekspresi anak untuk memperdalam dirinya.
"Jangan ada ancaman, yang justru akan buat anak punya masalah emosional baru," pesannya. (asp)