Nikmatnya Kopi Racikan Mahasiswa
Rabu, 4 November 2015 - 10:41 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/Dody Handoko
VIVA.co.id
- Muhammad Asmi Kammury, saat kuliah pada 2008, membuka kedai kopi dan teh. Ketika itu, ia masih menjajakannya di sebuah gerobak dorong di sebuah kampus di kawasan Ciputat, Tangerang.
“Awal pertama buka, saya jualan teh, ternyata yang beli kebanyakan perempuan. Untuk menyasar segmen pria, lalu saya buka kopi,” ucapnya.
Sebagai mahasiswa, dalam sehari, ia sudah mampu menjual aneka teh sekitar 200 cup sehari, dengan harga antara Rp2.000 sampai Rp5.000 per cup. Karena animo pasar yang bagus, di bulan ke enam, ia pun mengeluarkan produk baru, yaitu Javapuccino.
“Saya buka Javapuccino pada pertengahan 2008. Selain teh, produknya ada kopi dan cokelat. Setahun kemudian, saya kembangkan lagi menjadi konsep food court,” katanya.
Untuk mengembangkan konsep ini, ia menyasar kampus, sekolah, rumah sakit, mal, dan perkantoran. Hasilnya, dalam waktu yang tak terlalu lama, ia sudah mampu membuka 20 gerai milik sendiri yang tersebar di beberapa kota. Selain itu, ia juga membuka kemitraan.
Baca Juga :
Selama 2010, misalnya, ia sudah bisa membuka 200 gerai di berbagai kota, seperti Jakarta, Bandung, Bogor, Depok, dan Tangerang. Bahkan, saat ini Javapuccino bisa ditemukan dari mulai Lampung, Palembang, Medan, Pekanbaru, Pontianak, Makassar, Gorontalo, Ambon, Denpasar, Balikpapan, Sampit, dan daerah lainnya.
Asmi mengaku pesatnya perkembangan bisnisnya tidak terlepas dari produk yang diusungnya. Menurutnya, kopi merupakan salah satu minuman yang paling digemari oleh masyarakat Indonesia. Di sisi lain, kopi Indonesia pun memiliki keanekaragaman yang khas. Selama ini, kopi buatannya selalu memakai kopi gayo (Aceh) dan kopi kintamani (Bali).
“Jenis kopi di Indonesia itu beragam, dan rasanya pun berbeda-beda. Ada kopi Jawa, kopi Toraja Kalosi, Bali Kintamani, Mandailing, Gayo, kopi Wamena, dan lain-lain,” ungkapnya.
Selain itu, yang membuat bisnisnya naik daun adalah, karena ia menyasar pangsa pasar yang belum dibidik oleh produk lain. Membidik pasar di daerah, merupakan salah satu penyokong kesuksesannya. Di daerah, selain kopinya yang nikmat, ia juga menjual suasana gerai.
Banyak daerah di Indonesia, pertumbuhan ekonominya baik, mereka butuh hiburan dan kenyamanan. Sementara itu, tidak ada tempat yang cukup representatif untuk itu. Maka, ketika ia buka gerai di lokasi seperti itu langsung diburu penggemar kopi.
Asmi baru resmi membuka franchise pada 2012. Dari yang semula hanya membuka kemitraan model Take Away (booth), ia mulai naik kelas dengan menawarkan paket resto. Untuk Javapuccino, kini ia memiliki tiga varian paket yang bisa dipertimbangkan calon franchisee.
Pertama, tipe take away dengan harga Rp89 juta (space enam meter). Kedua, tipe ultimate seharga Rp148 juta (space 70 meter), dan ketiga tipe grande seharga Rp198 juta (100 meter).
Diterangkannya, untuk yang take away, si franchise hanya menjual aneka minuman kopi. Sementara itu, paket lainnya sudah dilengkapi dengan aneka snack dan makanan. Di 2015, total gerainya sudah mencapai 590 gerai di seluruh Indonesia.
Ia bisa menjual sebanyak 150 ribu cup kopi. Dan, untuk harga jual, kopi buatannya dibanderol antara Rp5.000 hingga Rp20 ribu per cup. (asp)