Menilik Olahan Rendang Inovatif
VIVA.co.id - Rendang telah menjadi semacam ikon kuliner Indonesia sejak dinobatkan sebagai makanan terlezat di dunia versi sebuah media internasional. Hal tersebut tentu sangat membanggakan khususnya bagi orang Minang.
Sebelum diklaim negara lain, pemerintah pun mendaftarkan rendang sebagai warisan budaya Indonesia kepada UNESCO pada 2010.
Pengukuhan rendang sebagai budaya asli nusantara disambut dengan lahirnya inovasi hidangan ini yang dibuat untuk semakin memopulerkannya di kancah internasional. Inovasi yang kian populer yakni rendang kemasan yang jauh lebih higienis, praktis, dan tahan lama.
Untuk membuatnya juga tidak berbeda dengan rendang pada umumnya, yang memang dimasak berjam-jam, sehingga tanpa pengawet pun dapat tahan hingga enam bulan lamanya.
Kemasan yang digunakan bermacam-macam seperti stoples, kemasan vakum, dan kaleng. Harganya pun bervariasi mulai dari puluhan hingga ratusan ribu dengan ukuran 100 gram sampai 1 kilogram.
Biasanya, rendang kemasan tersebut dibeli untuk dikirim ke sanak saudara yang menetap di luar negeri ketika rindu masakan Tanah Air. Banyak pula yang membeli rendang kemasan untuk parsel Hari raya Idul Fitri dan bekal pergi Haji.
Selain rendang kemasan, produk turunan rendang yakni minyak rendang juga tersedia di pasaran. Ya, tak hanya minyak zaitun dan minyak cabai, minyak rendang yang dibuat dari tirisan rendang yang sudah jadi kini mulai digemari. Minyak ini bisa digunakan sebagai penambah aroma rendang pada masakan, misalnya untuk memasak nasi goreng.
Inovasi rendang hibrida, dari burger hingga sushi
Tak hanya dunia otomotif atau musik, dunia kuliner juga mengenal istilah hibrida yang berarti inovasi kuliner baru yang dibuat dengan cara menggabungkan dua macam kuliner atau lebih.
Di Indonesia, inovasi hibrida rendang telah dilakukan sejak beberapa tahun lalu mulai dari yang sederhana seperti keripik singkong dengan bumbu rendang kering lengkap dengan suwiran daging rendangnya hingga burger nasi rendang.
Khusus yang terakhir ini, merupakan kreasi tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya. Mereka menciptakan burger yang dibuat dari nasi sebagai pengganti roti dengan isian rendang lezat.
Rendang juga ternyata tak hanya cocok disantap bersama nasi, ini dibuktikan dengan inovasi burger rendang yang diluncurkan merek burger Amerika Serikat, Burger King, di outlet mereka yang berada di Singapura.
Sama seperti burger klasik, daging rendang dibuat dari daging sapi giling yang dibentuk bulat seperti patty, lalu ditambah sayuran dan roti burger. Tak lupa bumbu rendang sebagai saus pelengkap.
Tak hanya dikreasikan dengan menu AS, inovasi rendang juga ada yang terinspirasi dari menu khas Italia seperti pizza dan spaghetti. Beberapa restoran menghadirkan menu pizza dan spaghetti rendang yang dibuat seperti membuat menu aslinya. Namun, topping dan sausnya diganti dengan rendang serta bumbunya yang gurih juga kaya rasa.
Namun, inovasi rendang terbaru hadir di sebuah restoran ibu kota yang menawarkan deretan menu yang diciptakan dengan menggabungkan kuliner khas Minang dan Jepang.
Di restoran bernama Suntiang ini, berbagai menu hidangan tradisional Minang termasuk rendang dikreasikan dengan menu-menu negeri sakura mulai dari tempura otak, edamame balado, ramen gulai, hingga kepala salmon kuah gulai.
Di antara menu-menu tersebut, yang paling banyak mengambil hati pengunjung adalah menu sushinya. Jika biasanya sushi dibuat menggunakan daging ikan mentah, di sini, rendang, teri balado hingga ayam pop pun disulap menjadi sushi istimewa.
Sushi dibuat menggunakan nasi pulen yang diisi daging rendang dan dibungkus dengan nori atau rumput laut kering. Setelah dipotong-potong, sushi diberi siraman bumbu rendang nikmat di bagian atasnya. Walaupun rupa hidangan khas Jepang, namun rasa tetap asli Minang. (art)
Baca juga: