VIVAnews - Kue-kue tersusun rapi di atas meja. Hari itu pas pertengahan bulan puasa. Seorang wanita tengah sibuk memilih kue untuk berbuka.
Kue bingke. Itulah nama kue yang banyak dicari saat bulan suci Ramadan di Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Fatihah, seorang warga Pontianak sengaja membeli kue bingke untuk disajikan sebagai menu berbuka.
“Bingke memang kue favorit saya. Harganya lumayan murah bisa untuk dijadikan hadiah untuk teman. Apalagi kalau bulan puasa ini banyak yang beli juga ini. Diburu malah,” ujarnya saat ditemui VIVAnews, beberapa waktu lalu.
Kue bingke merupakan makanan tradisional yang terbuat dari tepung beras, telur, gula, dan santan. Sebelum disajikan, kue bingke harus dipanggang dua kali. Pertama, di atas api kompor kemudian di dalam oven untuk mematangkannya. Paling tidak butuh waktu satu jam agar kue bingke siap disantap.
Dahulu pembuatan kue bingke tergolong susah. Apalagi waktu itu bahan bakar untuk memanggang kue bingke hanya menggunakan kayu bakar atau arang. Oleh karenanya, tak banyak usaha kue bingke. Namun saat ini, terdapat belasan pengusaha kue bingke di Kota Pontianak.
Ada satu toko bingke yang cukup terkenal di Pontianak, yakni Bingke Khatulistiwa. Salah satu toko bingke tertua di Kalimantan Barat tersebut dikelola oleh Ira Susanawati.
"Usaha ini dimulai dari tahun 1990. Masih berupa pondok, menggunakan gerobak dan ayah saya, Syamsiar, jual bingke sampai ke bandara," ujar Ira.
Menurutnya, nama toko diambil dari ikon Kota Pontianak, yakni Tugu Khatulistiwa. Ira sendiri merupakan generasi keempat yang mengelola Toko Bingke Khatulistiwa.
Meski sudah memiliki pekerjaan tetap sebagai PNS, Ira mengaku tetap tergerak berwirausaha. Ira yang sudah empat tahun mengelola Toko Bingke Khatulistiwa mengaku bisnis bingke sangat menjanjikan.
"Bisnis makanan cukup menguntungkan karena pasti akan diburu orang apalagi kalau ada acara-acara," ujarnya.
Berbicara tentang omset, wanita kelahiran 20 Desember 1988 ini mengatakan rata-rata berkisar Rp2 juta per hari. Bingke buatannya habis diserbu pembeli pada saat hari libur atau setiap awal bulan.
Ira juga memiliki pelanggan tetap, seperti beberapa instansi pemerintahan dan hotel-hotel besar di Kalimantan. Selain itu banyak pula wisatawan lokal dan dari luar Kalimantan Barat yang membeli bingkenya.
"Biasanya orang dari Singapura dan Malaysia juga membeli bingke kami dan kemudian mereka jual lagi di sana," ucap dia.
Cabang usaha toko bingke milik keluarga Ira pun sudah tersebar di sejumlah wilayah di Kalimantan Barat. Dalam waktu dekat, ia juga berencana membuka toko bingke di sebuah mal Kalimantan Barat.
Tantangan menjual bingke
Ira mengatakan bahwa usaha kue bingke yang dijalaninya tidak sulit untuk dikelola. Meski ada hambatan, namun hal itu bukan suatu persoalan yang serius.
“Kendalanya biasanya bingkenya gosong, susahnya bahan seperti kurangnya pasokan gula, dan kendala pada kotak yang dipesan lama sampai,” kata Ira.
Untuk meminimalisir kendala yang ada, Ira memiliki trik tersendiri. Utamanya ketika harga-harga bahan untuk membuat kue bingke melambung.
"Kita hanya mengurangi takaran di adonan, seperti tinggi kue tanpa mengurangi rasa," ucapnya.
Di Toko Bingke Khatulistiwa, kue bingke dikembangkan menjadi 11 jenis dan rasa. Di antaranya bingke biasa, bingke susu, bingke berendam, bingke durian, bingke cokelat keju, bingke keju, bingke jagung, bingke pandang, bingke pisang keju, bingke ubi, dan bingke ketan.
Inovasi kue bingke disesuaikan dengan buah-buahan yang cocok dengan bahan dasar kue bingke. Alhasil, ada beberapa jenis bingke yang tidak tahan lama.
Selain terlibat dalam pengelolaan bisnis, Ira juga terjun langsung sebagai koki utama kue bingke. Pengetahuan itu ia peroleh secara turun-temurun. Ira mengaku tak keberatan untuk berbagai ilmu cara membuat bingke kepada orang lain.
"Tolong-menolong itu penting. Selagi tidak sibuk akan saya bantu dan itu juga bentuk promosi," kata dia.
Setelah mengantongi pengalaman usaha bingke bertahun-tahun, Ira mengaku optimistis dengan bisnis kulinernya ini. Ia juga menerapkan strategi khusus agar tokonya tidak ditinggal oleh pembeli.
Salah satunya memperbanyak promosi, memperhatikan kemasan produk, dan menjaga kebersihan. Bagi pebisnis kuliner UKM pemula, Ira memberikan sedikit pengetahuan.
“Pertama, yang nama wirausaha ini menjanjikan. Kedua, kita harus total, modalnya kita perhitungkan. Bahan-bahannya yang mudah didapat. Ketiga, jangan terlalu tergantung sama karyawan, kita harus turun tangan langsung,” ujar Ira.
Ia juga memberikan saran agar selalu menghargai karyawan dalam berbisnis. Sebab dalam berwirausaha, ujarnya, kita harus berlaku baik dengan orang lain tanpa memandang status. (ren)