Mencicip Eksotisme Rasa Sup Tulang Merah Singapura

Sup Tulang Merah
Sumber :
  • VIVAlife/ Tasya Paramitha

VIVAlife - Keragaman etnis bermuara di Singapura. Melayu, China, hingga India menyatu di sana. Tak hanya memengaruhi budaya, keragaman itu juga memperkaya jenis kulinernya.

Ada sebuah kuliner khas Singapura yang dipengaruhi beberapa etnis budaya. Salah satunya: sup tulang merah. Hidangan ini dipengaruhi budaya Melayu, Arab, dan India.

Berbeda dengan yang biasa diinikmati di Indonesia, sup tulang Singapura tak banyak berkuah. Sajian itu terdiri atas tulang domba atau tulang sapi yang diberi saus gravy.

Warnanya tidak jernih, melainkan merah cerah yang menggugah selera. Sup tulang merah cocok bagi para pencinta pedas. Sensasi menggigit langsung tersesap begitu mencobanya.

Sup dimasak dengan merebus tulang dalam air yang telah diberi bubuk paprika, jintan, dan rempah lainnya. Tulang itu direbus berjam-jam hingga daging yang menempel melembut dan mudah terlepas.

Salah satu restoran sup tulang merah yang terkenal di Singapura, terletak di Jalan Sultan. Ma Deen Biasa Pte Ltd, nama restoran itu.

Sekilas, tak ada yang tampak spesial. Interior hingga dekorasinya sama seperti restoran lain di Singapura. Letaknya pun di pinggir jalan, dan tempatnya tidak begitu luas. Namun, suasana India yang kental akan menyambut Anda begitu masuk ke sana.

Ma Deen Biasa Pte Ltd mulai populer sejak chef asal Amerika, Anthony Bourdain berkunjung untuk mencicipi sup tulang merah dalam sebuah acara televisi. Ia terlihat menikmati hidangannya. Seluruhnya dilahap sampai licin tandas.

Bourdain bahkan menyeruput sumsum tulang menggunakan sedotan plastik, saking tak ingin melewatkan satu pun kelezatan sup tulang merah.

Dalam kunjungan beberapa waktu lalu, seorang pria paruh baya keturunan Arab menyambut VIVAlife. Ia fasih berbahasa Melayu, bahkan mengaku sering berkunjung ke Indonesia.

Dengan ramah ia menanyakan hidangan apa yang ingin dipesan untuk mendampingi sup tulang merah. “Kalau orang Indonesia biasanya makan sup tulang pakai nasi. Tapi sebenarnya di sini orang biasa makan sup tulang dengan roti baguette,” ujarnya.

Itulah yang kami pesan. Tersedia sup tulang merah dengan pilihan porsi kecil, sedang, dan besar. Saat pesanan datang, tampak warna merah menggoda dalam piring putih. Sup tulang merah itu disajikan bersama irisan kol di atasnya.

Seperti sudah bisa ditebak, rasanya cukup pedas. Eksotisme kaya rempah juga begitu mendominasi. Di antara itu, terselip pula sedikit rasa manis. Walaupun dagingnya sedikit, mengorek sumsum tulang merupakan keasyikan tersendiri. Disantap bersama roti, sup ini sudah cukup mengenyangkan.