Menilik Cerita Sajian Nikmat Teppanyaki
Senin, 5 Agustus 2013 - 13:14 WIB
Sumber :
VIVAlife -
Daging segar dan irisan bawang putih ditaruh di besi panas, disusul sayuran hijau. Sang Chef lalu melempar berbagai botol bumbu ke udara. Asap pekat dan aroma gurih pun menyeruak.
Bebunyian alat masak serta desis masakan terdengar jelas. Makin dramatis saat muncul kilatan api. Layaknya pertunjukan seni, Chef mengolah hidangan teppanyaki dengan atraktif. Semua masakan diolah langsung di depan konsumen. Mungkin itulah yang membuat banyak orang menyukai sajian dari negara sakura ini.
Bukan hanya mengejar rasa tapi juga atraksi seru dalam proses pembuatannya. Teppanyaki identik dengan hidangan khas Jepang. Padahal sajian ini merupakan hasil adaptasi budaya barat.
Teppanyaki, seperti dikutip dari
Misono.org
, dikembangkan oleh Shigeji Fujioka sekitar tahun 1945. Ia merupakan pemilik restoran Misono di area Sannomiya. Fujioka awalnya tertarik dengan sajian steak ala barat yang disajikan sangat modern.
Tapi ia merasa sajian tersebut akan sangat sulit diterima oleh masyarakat Jepang yang tak terbiasa makan dengan pisau dan garpu. Ide pun muncul untuk mengolah daging sapi berkualitas dengan cara dan penyajian ala Jepang.
Baca Juga :
Awalnya, sajian dikenal dengan Misono steak. Berupa irisan daging kaya bumbu yang disajikan dengan semangkuk nasi gurih dan teh hijau. Kenikmatannya pun tersebar dan banyak disukai tak hanya masyarakat Jepang tapi juga para ekspatriat.
Kini sajian teppanyaki banyak mengalami perkembangan dan disajikan di banyak restoran. Tak hanya restoran Jepang. Untuk sajian orisinalnya, terdiri menggunakan mie (yakisoba), kubis dengan irisan daging atau makanan laut (okonomiyaki), yang dimasak menggunakan minyak nabati, lemak hewan, atau campuran keduanya.
Bumbu ringan dan bahan yang segar jadi kunci kenikmatan sajian teppanyaki. Hal ini penting karena karena teppanyaki lebih menekankan pada kenikmatan rasa asli dibanding menutupinya dengan bumbu yang pekat.
Untuk bumbu biasanya menggunakan kecap, anggur, cuka, dan garam dan merica. Bawang putih cukup banyak digunakan dan biasanya diolah bersamaan dengan daging, ayam, tauge atau makanan laut seperti udang dan cumi-cumi.