Lompong Sagu, Kue Tradisional Khas Aceh yang Laris Jadi Oleh-oleh

Lompong Sagu, ke tradisional Subulussalam, Aceh
Sumber :
  • VIVA/ Zulfikar Husein/ Lhokseumawe

VIVA – Suryadi dan Anto Berampu terlihat cukup cekatan saling bergantian mengipas-ngipas bungkusan daun pisang di panggangan. Keduanya merupakan mahasiswa Universitas Malikussaleh (Unimal), Lhoseumawe, Aceh.

Mahasiswa asal Subulussalam ini sedang meracik salah satu kue tradisional khas Minang-Aceh. Kudapan ini kerap ditemukan di daerahnya, Subulussalam, Aceh. Di sana, lompong sagu jadi kue tradisional yang dimakan setiap pagi bersama secangkir kopi atau teh.

“Lompong sagu ini menjadi salah satu jajanan bagi kami masyarakat Subulussalam. Kemudian juga menjadi kudapan wajib sebagai sarapan sambil minum kopi,” ujar Anto kepada VIVA, Sabtu, 9 September 2018.

Lompong sagu terbuat dari sagu, pisang, parutan kelapa, gula, dan garam. Semua bahan tersebut dijadikan dalam satu adonan kemudian dibalut menggunakan daun pisang. Setelah dibungkus menyerupai pepes, lompong sagu kemudian dipanggang atau dibakar selama 5 sampai 6 menit.

Setelah matang, bungkusan daunnya dibuka dan siap dimakan kapan saja. Saat dibuka, kudapan ini lebih menyerupai pisang bakar coklat. Namun berbeda karena rasanya yang gurih, nikmat dan begitu terasa kombinasi antara sagu, pisang, dan kelapanya.

Di tangan Anto dan Suryadi, lompong sagu dibuat lebih modern, mahasiswa ini memberikan toping berupa coklat butir dan susu di atas kudapan tersebut saat menyajikannya kepada pelanggan. Katanya, itu untuk membuat kudapan tradisional ini disukai oleh generasi milenial.

Anto dan Suryadi menjajakan kue tersebut di dekat kampusnya, di Desa Batuphat, Muara Satu, Lhokseumawe. Mereka berinisiatif menjual lompong sagu setelah terinspirasi dari teman-temannya yang kerap minta mereka dibawakan oleh-oleh ketika pulang kampung.

“Setiap pulang kampung kawan kami selalu minta dibawakan oleh-oleh ketika balik kesini, ada juga yang pesan makanan khas Subulussalam, kami bingung mau bawa apa. Akhirnya kami bawa lompong sagu,” kata Suryadi.

Karena terlalu sering dipesankan oleh teman-temannya ketika mereka sedang pulang kampung, akhirnya Anto dan Suryadi berinisiatif menjual lompong sagu di Lhokseumawe. “Jadi, kalau kami tidak pulang, teman-teman bisa beli di sini, Alhamdulillah banyak yang suka,” katanya.

Jajanan tradisional ini dijual Anto dan Suryadi dengan harga Rp5 ribu untuk tiga buah lompong sagu. Kini, meski belum lama berjualan, tenda kecil untuk berjualan miliki mahasiswa ini selalu ramai yang datang beli lompong sagu, terutama teman-teman kampusnya. Hm,,, tertarik mau mencoba?