Warkop di Banda Aceh Hanya Penuh Usai Salat Tarawih

Pengunjung warung kopi di Banda Aceh, yang ramai dikunjungi seusai salat tarawih.
Sumber :
  • VIVA/Dani Randi (Aceh)

VIVA – Jika salat tarawih usai, sebagian jemaah bergegas untuk mendatangi warung kopi. Maklum, sudah hampir 15 jam tidak ngopi membuat rasanya hari itu masih belum pas.

Di Banda Aceh, warung kopi hanya diperbolehkan buka setelah salat tarawih. Sehingga, jika tarawih usai, hampir semua warung kopi di Banda Aceh dipastikan penuh.

Bahkan, ada yang masih menggunakan peci, sarung dan mukena hanya untuk melampiaskan rasa ingin ngopi, yang selama satu hari penuh ditahan karena berpuasa.

Begitu pun pekerja warung kopi itu sendiri. Mereka harus siap meladeni ‘gelombang’ orang yang datang secara bersamaan menuju warung kopi terdekat.

Zulmasry, seorang penikmat kopi sangat mengerti betul bagaimana rasanya selama satu hari tidak merasakan kopi. Sehingga ketika selesai salat tarawih, orang lebih memilih pergi ke warung kopi sebelum pulang ke rumah masing-masing.

“Ngopi malam ini sebagai pelampiasan dari satu hari menahannya karena puasa,” kata Zulmasry saat mengobrol dengan VIVA di salah satu warkop legendaris di Aceh, Romen Kopi, di kawasan Lampineung, Banda Aceh, Sabtu malam, 19 Mei 2018.

Aktivitas ngopi memang menjadi budaya di Aceh dan juga tempat persinggahan kedua setelah keluar dari rumah sebelum memulai rutinitas dan sebaliknya.

Pantauan VIVA pada malam bulan Ramadan, jalanan kota Banda Aceh akan sepi sejak pukul 18.30 WIB hingga 21.30 WIB. Warga lebih memilih untuk berkumpul di masjid-masjid untuk beribadah dan kembali normal ketika usai salat.

Warga lainnya, Wendy mengatakan ketika salat tarawih usai, warga akan memenuhi warung kopi. Ngopi, dan sembari mendengarkan bacaan ayat-ayat suci Alquraan yang selalu dikumandangkan dari setiap masjid yang ada di kota Banda Aceh.

"Karena hanya habis tarawih warkop buka, kalau siang hari tidak mungkin. Ya inilah kebiasaan masyarakat di malam bulan Ramadan," katanya.

Ada juga sebagian orang yang hanya ngopi sebentar saja, lalu melanjutkan aktivitas malam hari, yaitu bertadarus.

Tidak heran, warkop-warkop penuh sesak. Sampai-sampai banyak yang tidak mendapatkan tempat duduk. Apalagi parkiran mengular hingga memakan badan jalan.

"Setiap malam sudah penuh sesak, sejak dari malam pertama puasa, begitu selesai tarawih sudah ramai," ujar Nasrul, salah satu pelayan warkop di seputaran Jalan Nyak Makam, Banda Aceh.

Meski hanya diperbolehkan buka pada malam hari di bulan Ramadan, sebagian pemilik warung kopi di Banda Aceh justru meraup keuntungan dari hari biasanya. “Satu malam bisa (terjual) sampai 300 gelas kopi,” ujar Nasrul.

Sementara, warung kopi Romen juga tetap ramai dipenuhi para pelanggan setianya. “Walaupun di bulan puasa, rezeki tetap stabil, inilah berkah Ramadan,” kata Bang Din, pengelola Warkop Romen.