Sate Klatak Semarang, Boleh Diadu dengan Versi Bantul
- VIVA/Dwi Royanto (Semarang)
VIVA – Sate klatak memang menjadi makanan khas yang legendaris asal Bantul, Yogyakarta. Namun, kuliner sate dengan penyajian unik tusuk jeruji sepeda itu rupanya banyak dijumpai di daerah lain. Kota Semarang salah satunya.
Di Semarang, sate klatak bisa ditemui di Jalan Brigjen Katamso nomor 30. Warung ini bahkan menjadi satu-satunya penjual sate klatak di kota yang akrab dengan panganan lumpianya tersebut.
Berbeda dengan sate klatak Yogya, sate klatak Semarang disajikan dengan cara yang tak biasa. Sate kambing ini masih mempertahankan khas tusuk jeruji sepeda, namun memanfaatkan daun pisang saat dibakar maupun ketika disajikan.
"Sate klatak ini khas karena dikasih bumbu kuah. Bumbunya perpaduan bawang putih, merica, daun salam, kayu manis dan rempah-rempah, " kata pemilik warung sate klatak, Nur Hasan, kepada VIVA saat ditemui baru-baru ini.
Hasan memiliki alasan tersendiri menyajikan maupun pembakaran daging dengan daun pisang. Daun ini dipilih karena dikenal sebagai daun yang bisa membuat cita rasa makanan lebih empuk dan gurih. Untuk mendapatkan cita rasa gurih, daging yang telah ditusuk dibakar setengah matang lalu dilapisi daun pisang untuk dibakar hingga matang.
"Proses pembakarannya biasanya 15 menit, aroma daun pisang ini akan langsung menyengat saat dipanggang,” katanya.
(VIVA/Dwi Royanto)
Untuk menikmati sate klatak ini cukup mudah. Kuah gulai dan nasi biasanya disajikan di piring berbeda. Lalu sate yang dibungkus daun pisang bisa dibuka dan dioleskan dengan kuah gulai. Tusukan sate klatak biasanya hanya dua tusuk per porsinya.
Selain sate klatak, warung Hasan juga menyajikan menu lain, seperti sate manis dengan bumbu khas kuah kecap, gulai, tongseng, tengkleng hingga nasi goreng.
Untuk sate klatak, Hasan menjual dengan harga Rp35 ribu. Namun, karena warung sate klatak hanya satu-satunya di Semarang dia membuat promo Rp25 ribu hingga Lebaran nanti.
"Di Semarang kan dikenal makanan banyak dan murah. Nah, sate harganya lumayan tinggi. Maka kita tawarkan yang lebih murah tapi tetap enak,” ucap pria asal Rembang itu.
Aisyah Dahlan, salah seorang pembeli mengaku puas dengan sajian sate klatak di Semarang. Selain khas dengan tusuk jeruji sepeda, sate klatak Semarang lebih gurih karena dibungkus daun pisang yang membuat daging kambing tidak prengus.
"Tingkat keempukannya juga bikin nagih. Ya ini bisa jadi referensi kuliner untuk orang seumuran saya. Saya sudah coba di Yogyakarta, tapi di sini tak kalah enak,” ujar Aisyah.