Rahasia di Balik Kelezatan Steak Daging Sapi dari Australia

Steak di restoran Outback Steakhouse.
Sumber :
  • VIVA/Rintan Puspitasari

VIVA – Kenikmatan dibalik sepiring steak tergantung pada kualitas daging yang digunakan. Tak hanya dari cara memasak, tapi dari mana daging tersebut berasal juga menjadi penentu apakah daging cukup lezat saat dimasak menjadi steak

Jeffrey Zullo, Regional Training Manager Blooming Brands International yang salah satu mereknya dikenal di Indonesia dengan nama Outback Steakhouse membagikan rahasia dibalik kelezatan steak mereka.

"Saya rasa perbedaan yang terbesar adalah kami menggunakan steak dari daging sapi Australia. Daging dengan grain fed meningkatkan rasa, dan dagingnya benar-benar lezat, dan lemak berserat di seluruh bagian dagingnya (marble beef)," kata Jeffrey saat ditemui VIVA baru-baru ini.

Selain mengutamakan kualitas daging, restoran asal Amerika Serikat yang buka pertama kali di Indonesia tahun 2001 ini juga menggunakan 18 bumbu segar terbaik dari seluruh dunia. Dengan gerai lebih dari 1.000 lokasi dan tersebar di 23 negara yang mereka miliki, restoran ini menjaga kelezatan setiap olahan daging mereka tetap sama di mana pun berada dengan menggunakan sumber bahan yang sama.

"Kami impor khusus untuk pasar Indonesia, Singapura, Malaysia, Filipina, tapi semua dari sumber yang sama, dari Amerika Serikat. Jadi mereka menyediakan  bahan yang kita pakai di sini," ujarnya.

Untuk metode memasak, meski tersedia berbagai pilihan tingkat kematangan sesuai keinginan konsumen, Jeffrey sendiri secara pribadi lebih menyukai daging yang dimasak dengan tingkat kematangan medium.

"Saya (pribadi) merekomendasikan semua jenis steak dengan tingkat suhu kematangan medium, sekitar 125 derajat Fahrenheit (51 derajat celsius). Ini akan memberikan pengalaman makan yang mengesankan," ujarnya.

Meski demikian, Jeffrey mengembalikan lagi pilihan pada masing-masing orang, karena menurutnya, setiap orang memiliki pilihan dalam menentukan tingkat kematangan yang lebih disukai.