Lezatnya Kue Keranjang Khas Semarang, Dimasak Pakai Tungku.

Kue Keranjang khas Semarang
Sumber :
  • VIVA/Dwi Royanto

VIVA – Imlek yang jatuh pada 16 Februari, tentu menjadi sebuah momen yang dinanti warga keturunan Tionghoa. Salah satu sajian khas di hari tahun baru China itu adalah kue keranjang.

Kue keranjang dapat ditemui di seluruh daerah di Indonesia. Tapi uniknya, kue berbahan dasar tepung ketan, beras dan vanili itu memiliki perbedaan di setiap daerah.

Seperti kota Semarang yang banyak dihuni oleh warga keturunan Tionghoa, khususnya di daerah Pecinan. Menjelang Imlek, para pembuat kue keranjang sibuk memenuhi pesanan yang datang dari berbagai daerah.

Salah satu pembuat kue keranjang adalah Ong Eng Hwat. Ia tinggal di Kampung Kentangan Tengah, Kecamatan Semarang Tengah. Ny.Ong merupakan generasi ketiga penerus usaha kue keranjang di Semarang. Resep kue keranjang yang dibuatnya merupakan warisan dari sang nenek yang memulai usaha sejak 60 tahun silam.

Kue keranjang bikinan Ny. Ong dibuat dengan resep turun temurun. Foto: Dwi Royanto

"Kalau tahun ini permintaan paling banyak dari pelanggan asal Bandung, Jakarta, Yogyakarta, Solo dan beberapa daerah sekitar Semarang, " kata Ny. Ong.

Sejak sepekan terakhir, produksi kue imlek diakuinya tak pernah berhenti. Setiap hari Ny. Ong membuat tak kurang dari 100 kue keranjang berbagai rasa. Seperti rasa vanili, cokelat, prambors, pandan dan kacang dan rasa durian.

"Untuk sebuah kue keranjang, saya jual seharga Rp5.300 sampai Rp5.500," katanya.  

Menurut Ny. Ong, kue keranjang bikinannya sudah mendapat kepercayaan pelanggan, baik dari dalam maupun luar daerah. Alasannya, kue buatannya masih mempertahankan tradisi lama dan tanpa bahan pengawet.

"Banyak yang pesan ke sini. Kata mereka, kue keranjang saya sehat karena tanpa bahan pengawet," jelasnya.

Selain itu, Ny. Ong masih membuatnya dengan tradisi nenek moyang, tanpa alat modern.

Seluruh proses pembuatan kue keranjang masih dilakukan secara tradisional. Foto: Dwi Royanto

"Saya masih mempertahankan pembuatan secara tradisional karena ini resep warisan nenek dan sudah berjalan tiga generasi," ucapnya.

Kue keranjang yang wajib dihidangkan saat Imlek, sarat filosofi budaya. Rasa manis dan lengket kue bermakna mempererat rasa persaudaraan.

Hadapi kendala

Ny. Ong mengeluhkan mahalnya harga bahan pokok untuk membuat kue keranjang tahun ini. Saat memasuki tahun anjing sejak awal 201,8 harga kebutuhan bahan pokok yang melejit, berakibat pada turunnya penjualan makanan khas Imlek dibanding tahun lalu.

"Kedala lain adalah putusnya regenerasi pembuat kue keranjang. Anak saya enggak mau meneruskan. Karena selain butuh kesabaran, proses pembuatannya juga sangat lama. Dari mulai mengaduk adonan Subuh, kue baru matang pukul 22.00 WIB malam," ujarnya.