Feses Mengambang saat Buang Air, Waspada Gejala Malabsorbi

Ilustrasi toilet.
Sumber :
  • pixabay/ jakobing85

VIVA – Banyak ahli medis mengungkapkan bahwa kotoran mampu mendeteksi kesehatan seseorang. Tak hanya urine, tapi juga tinja.

Mungkin terdengar 'jijik' jika harus memerhatikan tinja sendiri saat buang air besar. Namun sebelum pergi ke dokter, ternyata tinja mampu mendiagnosis kondisi kesehatan.

Ketika buang air besar dan mendapati kotoran berwarna cokelat kemerahan, Anda mesti waspada, karena menandakan wasir atau bahkan kanker kolon.

Tapi bagaimana jika warnanya 'baik-baik saja', tapi tidak tenggelam ke dasar jamban seperti kotoran biasa?

"Kotoran mengambang artinya memiliki massa yang kurang padat daripada tinja biasa yang tenggelam," kata ahli gastroenterologi Neil Stollman, M.D. Dilansir dari laman Menshealth.

Lebih lanjut ia mengungkapkan bahwa, kurangnya massa tinja disebabkan oleh lemak berlebih di kotoran. Bila usus Anda tidak bisa menyerap semua lemak tersebut, tubuh akan mengeluarkannya melalui kotoran.

Dalam medis, kotoran mengambang dikenal sebagai steatorrhea. Kondisi tersebut dapat memberi sinyal bahwa tubuh Anda mengalami malabsorbsi atau tidak dapat mencerna dan menyerap nutrisi dengan benar.

Selain itu, jika Anda mendapati adanya genangan minyak yang keluar bersama kotoran Anda, hal itu menandakan bahwa ada yang tidak beres dengan pankreas Anda, karena pankreas tidak dapat menyerap lemak dari makanan dengan baik.

Dokter dapat mendiagnosis malabsorpsi melalui tes lemak tinja, yang secara harfiah mengukur jumlah lemak yang diekskresikan dalam tinja Anda. 

Jika kotoran terapung Anda disebabkan oleh malabsorpsi, Anda juga akan memiliki gejala lain berupa, kotoran yang berbau busuk, kram perut, dan gas.

Teori lain, terlalu banyak gas dalam tubuh

Tak hanya indikasi dari malabsorbsi, kotoran mengambang juga bisa disebabkan oleh hal lain.

Sebuah studi di New England Journal of Medicine menunjukkan bahwa terdapat udara ekstra dalam tinja. Dr Stollman mengatakan hal itu mungkin juga terjadi.

Udara ekstra tersebut bisa berasal dari karbohidrat yang tidak terserap, seperti laktosa atau serat, yang berfermentasi di usus besar dan melepaskan gas.

Selain itu, ahli gastroenterologi Kenneth Brown, M.D. mengatakan bahwa lebih mungkin terjadi jika Anda tidak toleran terhadap laktosa atau baru saja mengkonsumsi banyak susu atau serat sekaligus. Minuman beralkohol dan pemanis buatan juga bisa menghasilkan kotoran yang mengambang.