Depresi, Penyebab Turunnya Produktivitas Karyawan
- Pixabay
VIVA – Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menyatakan, masalah kesehatan mental sudah menjadi beban penyakit global. Diprediksikan, depresi akan menjadi beban penyakit terbesar kedua setelah jantung dan HIV AIDS di tahun 2030.
Bila dihubungkan dengan aspek pekerja, kesehatan mental menjadi aspek penting. Tidak hanya bagi perusahaan, tapi bagi pekerja itu sendiri dan keluarganya.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza, Dr. dr. Fidiansjah, SpKJ, MPH mengatakan, 1 dari 7 orang mengalami masalah kesehatan jiwa di tempat kerja.
"Wanita yang bekerja penuh waktu, hampir dua kali lebih besar menderita masalah kesehatan jiwa dibandingkan pria yang juga bekerja penuh waktu," ujar Fidi saat ditemui di Kementerian Kesehatan, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Bahkan menurut sebuah penelitian di Inggris, 12,7 persen ketidakhadiran di tempat kerja, dapat dikaitkan dengan kondisi kejiwaan. Sementara di Indonesia, melalui survei yang dilakukan pada sebuah perusahaan kimia dan melibatkan lebih dari 1.900 pekerja menunjukkan, lebih dari 20 persen mengalami gangguan mental emosional.
Psikiatri dr. Eka Viorax SpKJ menuturkan, stres yang berujung pada depresi menjadi salah satu penyebab hilangnya produktivitas karyawan.
Secara global, ada 300 juta orang yang mengalami depresi. Salah satu penyebabnya adalah tidak memiliki pekerjaan. Meski begitu, mereka yang memiliki pekerjaan pun rentan mengalami masalah kesehatan jiwa bila lingkungan kerja buruk.
"Sering dibully, tidak diberi pekerjaan oleh atasan karena kompetensinta rendah, bisa menyebabkan pekerja suka tidak masuk atau meninggalkan meja kerja untuk merokok, produktivitas pun hilang," ujarnya.
Selain itu, 34,1 persen penyebab masalah kesehatan jiwa di tempat kerja umumnya akibat beban kerja berlebih atau kerja menumpuk, serta tuntutan pencapaian target. Sedangkan 29,3 persen disebabkan oleh jam kerja yang panjang, serta rendahnya tingkat moral di tempat kerja seperti perundungan.