Bunuh Diri Jonghyun SHINee Berpotensi Ditiru Fans?
- Yonhap/via REUTERS
VIVA – Kematian Jonghyun SHINee melahirkan luka mendalam bagi Shawol, julukan bagi penggemarnya. Beragam aksi yang dilakukan Shawol sebagai penghormatan pada Jonghyun, seolah menjadi bukti cinta mereka pada sang idola.
Seperti yang dilakukan Shawol di Kota Santiago, Chili, pada Senin, 18 Desember 2017. Mereka menggelar aksi di depan Kedutaan Besar Korea Selatan sebagai tribut atas kematian Jonghyun yang ditemukan tewas akibat bunuh diri sehari sebelumnya.
Di Indonesia, kabar meninggalnya Jonghyun bahkan sempat menempati posisi teratas di situs pencarian Google. Tak ketinggalan ungkapan bela sungkawa Shawol yang viral di media sosial.
Karier musik Jonghyun yang bersinar hingga mancanegara, tentu menjadi prestasi yang patut dibanggakan. Namun ironis, pemuda 27 tahun itu mengakhiri hidup dengan bunuh diri yang diduga karena depresi.
Terkait hal tersebut, Benny Prawira Siauw dari Into The Light, sebuah komunitas yang berfokus pada upaya pencegahan bunuh diri dan kesehatan jiwa pada remaja, kepada VIVA hari ini mengatakan bahwa aktivitas yang dilakukan sang idola, berpotensi diikuti penggemarnya. Termasuk bunuh diri.
Untuk dapat memahami hal itu, Benny mengungkapkan, dari perspektif penggemar, idola kerap ditempatkan sebagai sumber inspirasi. Tak jarang hubungan antara idola dan fans diibaratkan memiliki hubungan romantisme yang eksis, serta kedekatan secara emosional.
"Bagi yang nge-fans banget ibaratnya hubungan mereka itu sudah ada romantisme yang eksis dan kedekatan emosional. Duka dari kematian itu juga bisa sangat mendalam. Sama seperti kehilangan orang terdekat," ujar Benny yang juga mendalami ilmu psikologi di Universitas Atmajaya itu, saat dihubungi VIVA, Rabu, 20 Desember 2017.
"Bagi orang biasa, mungkin itu sulit dipercaya. Tapi bagi fans berat, idola itu seperti sumber inspirasi. Pada kasus ini, Jonghyun memilih mengatasi masalahnya dengan bunuh diri, ini yang dikhawatirkan akan ditiru," kata Benny.
Selain itu, Benny juga menceritakan bahwa pihaknya telah menerima dua laporan percobaan bunuh diri yang dilakukan Shawol di Indonesia. “Kami menerima dua laporan percobaan bunuh diri. Sebelumnya mereka curhat di Twitter dan meninggalkan jejak di Instagram,” ujar Benny.
Sebagai Kepala Koordinator komunitas Into The Light, sejak didirikan pada Mei 2013, pihaknya kini telah menangani 152 kasus konsultasi terkait kecenderungan bunuh diri. Konsultasi yang diberikan adalah melalui layanan surat elektronik (e-mail) dan menerapkan pendekatan secara moral, agama, medis, dan psikologis.
"Kami memberikan pendampingan melalui e-mail. Karena kalau chat kan singkat-singkat. Kenapa e-mail? Karena kami ingin memberikan ruang yang nyaman, sebagai teman curhat, setelah itu merekomendasikan mereka untuk mengunjungi psikolog," ujar Benny.
“Sejauh ini yang datang kepada kami memiliki masalah yang bermacam-macam. Bisa karena masalah relationship, kekerasan sosial, diskriminasi, finansial juga ada.” kata Benny.
Komunitas Into The Light memiliki visi menumbuhkan kepedulian masyarakat, khususnya remaja, dalam isu kesehatan jiwa dan pencegahan bunuh diri di Indonesia. Adapun alamat e-mail Into The Light adalah pendampingan.itl@gmail.com.
Jika Anda membutuhkan bantuan konsultasi untuk mengatasi masalah depresi atau melihat orang lain ingin melakukan aksi bunuh diri bisa juga menghubungi nomor darurat Kementerian Kesehatan di 119.