Diabetes dan Flu, Kombinasi Penyakit Berbahaya

Ilustrasi pengecekan diabetes.
Sumber :
  • Pixabay/TesaPhotography

VIVA – Diabetes merupakan penyakit yang sangat sulit disembuhkan. Jika sudah divonis diabetes, harus menjaga pola makan sepanjang sisa hidupnya. Hal ini ditujukan agar kadar gula darah senantiasa dalam kisaran normal, tidak terlalu tinggi, juga tidak terlalu rendah.

Jika kadar glukosa darah tidak terkontrol, penderita diabetes cenderung semakin sakit dan lemah. Seiring waktu, diabetes tersebut menimbulkan komplikasi jantung, pembuluh darah, ginjal, mata, dan saraf. Bahkan, diabetes juga menjadi penyebab utama kebutaan dan amputasi tubuh bagian bawah.  

Selain itu, penderita diabetes juga perlu mewaspadai jika dirinya terserang flu. Kanal kesehatan Huffington Post pada Peringatan Hari Diabetes Sedunia, 14 November, menerangkan adanya hubungan berbahaya antara penyakit diabetes dengan flu. Dalam situs itu disebutkan, orang yang diabetes umumnya berpotensi mengalami risiko serius jika terkena flu, karena dapat menimbulkan kesulitan dalam pengelolaan diabetes.

Infeksi flu dapat menyebabkan perubahan gula darah dan mencegah penderita diabetes makan dengan baik, yang selanjutnya memengaruhi gula darah. Apalagi diabetes membuat sistem kekebalan tubuh kurang mampu melawan infeksi.

Pasien diabetes dengan flu menghadapi risiko kesehatan yang cukup fatal seperti ketoasidosis, yakni kondisi saat tubuh tidak dapat menggunakan gula sebagai sumber bahan bakar karena tidak ada insulin.

Lantas apa yang harus dilakukan jika penderita diabetes terserang flu?

Menurut Center for Disease Control (CDC) Amerika Serikat, penderita diabetes yang terserang flu harus bertanya pada dokter  mereka tentang resep obat antiviral yang dapat meredakan gejala dan memperpendek durasi penyakit.

Untuk hasil terbaik, antiviral harus diminum dalam 48 jam setelah timbulnya gejala flu. Obat-obatan yang menghadang penyebaran virus flu dapat membantu pasien merasa lebih baik, meski tidak mengurangi infeksi flu atau konsekuensinya.

Penting juga untuk memeriksa kadar glukosa darah setiap dua sampai empat jam dan mencatat pembacaannya. Dokter harus diberitahu jika gula darah tetap tinggi atau terlalu rendah. Orang dengan diabetes tipe 1 yang merasa sakit dan memiliki kadar glukosa darah lebih dari 250 mg/dl harus mengetes keton dalam urin.

Jika tidak diobati, keton berlebih bisa mengakibatkan ketoasidosis. Penderita diabetes yang sakit sering berpikir mereka seharusnya tidak minum obat karena akan menyebabkan glukosa darah mereka turun. Namun, bukan ini masalahnya. Akibat adanya hormon stres, mereka tetap membutuhkan obat dan kadang bahkan membutuhkan lebih banyak. Selain itu, penting juga bagi penderita diabetes untuk menghindari dehidrasi. (mus)