Fast Food Tidak Sama Dengan Junk Food
- Pixabay/jimmyxrose
VIVA.co.id – Sejak zaman dahulu, perilaku makan pada manusia terus mengalami perubahan. Dan sekarang, dengan masuknya westernisasi dalam hal makanan, kebiasaan makan juga berubah di Indonesia.
Hal tersebut ditandai dengan masuknya berbagai jenis restoran Barat ke Indonesia yang menawarkan makanan cepat saji. Fast food atau makanan cepat saji ini muncul pertama kali di Amerika Serikat pada abad 19.
Jenis makanan ini, dijelaskan oleh Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS, merupakan bagian dari revolusi industri di Amerika Serikat, di mana waktu kerja lama dengan waktu istirahat terbatas. Saat itu, makanan cepat saji berubah snack bar seperti cokelat.
Kemudian, perubahan gaya hidup yang menjadi era di mana istri bekerja, wanita lajang dan orangtua tunggal bekerja, dan jarak bekerja yang jauh, mendorong munculnya industri makanan cepat saji.
Meski disajikan dalam waktu yang relatif singkat, namun Ali menegaskan bahwa makanan cepat saji tidak bisa disamaratakan dengan junk food atau makanan sampah.
"Fast food masih menggunakan bahan pangan yang nutritious. Ada karbohidratnya, sumber proteinnya, dan penyajiannya juga di bawah pengawasan ketat, rantai produksinya pun higienis," ujar Ali saat ditemui beberapa waktu lalu di Bogor.
Sedangkan, junk food merupakan jenis makanan yang padat lemak dan kalori tinggi, namun kandungan gizi maupun proteinnya kosong. Makanan sampah ini di dalamnya meliputi keripik dan makanan-makanan ringan lain.
Makanan ini adalah makanan yang tidak baik diberikan pada anak-anak karena berdampak buruk bagi pertumbuhannya. Kalaupun ingin memberikan anak makanan ringan, yang menyehatkan adalah jenis kacang-kacangan.
"Kacang-kacangan bagus sebagai sumber serat dan protein yang tinggi. Lemak dalam kacang-kacangan juga didominasi lemak tak jenuh," kata Ali menambahkan. (mus)