Disfungsi Seksual Pejuang Kanker, Berujung Kekerasan
- Pixabay/unsplash
VIVA.co.id – Lima tahun belakangan, diketahui banyak wanita yang memiliki masalah kanker pada organ reproduksinya. Dari situ, terdapat aspek psikoseksual yang berdampak pada munculnya masalah kesehatan baru bagi wanita, bahkan lingkungan sekitarnya.
Berdasarkan fenomena tersebut dan hasil penelitiannya, Guru Besar Bidang Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Yati Afiyanti mengungkapkan, wanita yang mengalami disfungsi seksual akibat kanker cenderung mendapatkan kekerasan psikis dari pasangannya. Data lain menunjukkan banyak terdapat jumlah perceraian yang bermakna pada wanita kanker serviks.
Karenanya, ia menekankan, perlu adanya edukasi dan informasi dari tenaga kesehatan, dalam hal ini adalah para perawat. Para perawat ini berperan dalam penyelesaian permasalahan seksualitas pascaterapi kanker.
"Hambatan utama adalah kurangnya pengetahuan, perilaku, dan sikap untuk memberikan edukasi dan konseling tentang kesehatan seksual, serta terbentuknya budaya malu mendiskusikan masalah yang berkaitan dengan aspek seksual," kata Yati kepada VIVA.co.id.
Menurutnya, jika hal tersebut tak segera diatasi, dampak tidak langsung masalah seksual dapat menimbulkan ancaman kesakitan dan kematian bagi kelangsungan hidup wanita tersebut.
Adapun disfungsi seksual yang kerap dialami adalah rasa nyeri saat berhubungan intim, vagina kering, dan ukurannya memendek, serta sempit. Beberapa di antara mereka, bahkan mengeluarkan bercak darah setelah hubungan intim.
"Efek fisik ini memunculkan keluhan, atau masalah lain, yakni keluhan psikis seperti mengalami ketidaktertarikan, atau tidak bergairah lagi untuk melakukan hubungan intim, kesulitan mencapai orgasme, merasa tidak feminim lagi, dan merasa tidak menarik lagi," ujarnya. (asp)