Medsos Bikin Perceraian di Kota Depok Meningkat
- VIVA.co.id/Zahrul Darmawan
VIVA.co.id – Angka perceraian di Kota Depok terpantau kian mengkhawatirkan. Ironisnya lagi, kasus tersebut dipicu hanya karena permasalahan di media sosial (medsos).
Berdasarkan catatan Pemerintah Depok dari tahun 2015 hingga saat ini, angka perceraian di kota tersebut rata-rata terjadi lebih dari 700 kasus. Angka tertinggi terjadi di kawasan Kecamatan Cimanggis dengan angka perceraian sebanyak 950 kasus, kemudian Sukmajaya 905 kasus, di wilayah Tapos 889 kasus, selanjutnya Beji 833 kasus perceraian. Sedangkan tujuh kecamatan lainnya, yakni, Pancoran Mas, Cipayung, Sawangan, Cilodong, Limo, Bojongsari, dan Cinere rata-rata di bawah 700 kasus.
“Baik menengah ke atas maupun ke bawah hampir sama angkanya. Bedanya kalau kalangan menengah ke bawah pemicunya karena faktor ekonomi, sedangkan kalangan ke atas akibat pihak ketiga. Ada juga yang karena pengaruh medsos seperti alasan yang dibuat-buat untuk mengakhiri rumah tangga,” kata Elly saat ditemui usai mengisi sosialisasi program pendidikan keluarga di kawasan Margonda, Senin 12 Juni 2017.
Untuk menekan angka tersebut, wanita yang akrab disapa Bunda Elly ini pun gencar mensosialisasikan salah satu program unggulan yang diusung sang suami, yakni Depok Ramah Keluarga.
“Seolah mendapat angin segar, Kemendikbud membidik Depok terkait program ketahanan keluarga. Ini satu langkah kerja baru buat kami. Intinya kita sudah mulai dengan memperkuat pendidkkan keluarga. Kita bentuk dari para guru yang bersinggungan langsung dengan orangtua murid,” jelasnya.
Dia pun yakin jika hal ini terus digalakkan hingga ke lapisan RT dan RW, maka angka perceraian di Kota Depok dapat terus ditekan.
“Bismillah saya tetap optimis, ketika Bapak Wali Kota jadikan program unggulan semoga muncul di basis tingkat bawah,” katanya.