Normalkah Jika Milik Pria Terlahir Bengkok?
- Pixabay/RobVanDerMeijden
VIVA.co.id – Layaknya payudara atau organ intim wanita, bentuk fisik penis tiap pria saat ereksi berbeda satu sama lain. Ada sebagian pria yang memiliki penis yang bentuknya tidak lurus, namun cenderung bengkok. Bisa ke kiri maupun ke kanan.
Nah, banyak pria yang khawatir akan hal tersebut. Pertanyaannya sekarang, normalkah punya penis bengkok?
Dilansir dari mayoclinic.org, ketika pria merasa bergairah secara seksual, darah mengalir ke area yang mirip dengan spons di dalam penis mereka, membuatnya melebar dan mengeras. Penis bengkok umumnya merupakan akibat area-area tersebut tidak melebar secara merata.
Biasanya, itu terjadi dikarenakan perbedaan pada anatomi penis, namun terkadang, luka di jaringan tisu atau masalah lain juga bisa menyebabkan penis bengkok dan nyeri saat ereksi.
Tak hanya itu, penis bengkok juga bisa disebabkan oleh penyakit autoimun, kolagen yang abnormal karena faktor genetik, cidera penis dan penyakit Peyronie's.
Penyakit Peyronie's sendiri merupakan kondisi di mana terdapat luka pada jaringan tisu di dalam penis, yang mengakibatkan penis bengkok saat ereksi disertai rasa nyeri.
Sebenarnya, memiliki penis bengkok saat ereksi termasuk hal yang umum terjadi, dan biasanya bukanlah suatu kondisi medis yang patut Anda khawatirkan. Namun, pada beberapa pria, penyakit Peyronie's bisa menyebabkan bentuk penis menjadi bengkok secara signifikan dan merasa nyeri saat ereksi.
Ini bisa mengganggu aktivitas seksual dan membuat pria kesulitan menjaga penis tetap ereksi. Penyakit tersebut juga pada akhirnya bisa menyebabkan disfungsi ereksi. Pada sebagian pria, penyakit Peyronie's juga bisa menyebabkan stres dan kecemasan.
Hingga saat ini, belum diketahui apa penyebab penyakit tersebut. Dalam persentase kecil pria penderita Peyronie's, mereka sembuh dengan sendirinya. Namun, dalam kebanyakan kasus, penyakit Peyronie's tidak bisa disembuhkan dan bahkan terus memburuk seiring berjalannya waktu.
Dibutuhkan perawatan dari ahli jika kondisi tersebut membuat penderitanya sama sekali tidak dapat melakukan hubungan seksual.