Cara Meredam Kejang Epilepsi Agar Tak Sering Kambuh

Ilustrasi pergelangan tangan
Sumber :
  • Pixabay

VIVA.co.id – Kondisi epilepsi seringkali ditandai dengan tubuh yang tiba-tiba kejang tanpa sebab. Hal ini tentunya membuat pasien terus menerus merasakan ketidaknyamanan. Selain itu, kejang epilepsi juga diketahui dapat mengurangi tingkat kecerdasan seseorang.

Pada pasien epilepsi usia anak dan remaja, kondisi kejang sering berpengaruh pada berkurangnya IQ di otak. Tidak jarang, kejang akhirnya berdampak pada kasus retardasi mental pada pasien.

Retardasi adalah kondisi mental seseorang yang berbeda dengan usia sebenarnya, hal itu ditandai dengan rendahnya kecerdasan (biasanya nilai IQ-nya di bawah 70) dan sulit beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari.

"Pasien anak dan remaja epilepsi, gambaran otaknya saat di MRI sama seperti pasien tua. Berkurangnya IQ juga bisa berpengaruh dan retardasi mental. Apalagi, kejang ini bisa terjadi kapan saja," ujar konsultan bedah saraf dari Epilepsi Center RSU Bunda, Prof. Dr. Zainal Muttaqin, SpBS, PhD., kepada VIVA.co.id beberapa waktu lalu, di Jakarta.

Kejang bisa terjadi saat keadaan sadar mau pun tidak sadar atau sedang tidur lelap. Dilanjutkan Zainal, saat kejang, biasanya pasien sudah memahami perubahan kondisi tubuhnya.

"Saat dia sadar, dia bisa tahu kapan kejang itu akan terjadi, makanya dilawan. Melawannya dengan merasa perbedaan pada tubuh, misal perut terasa berbeda atau kepala rasanya sakit," jelasnya.

Dengan begitu, pasien sebenarnya dapat melawan kekambuhan tersebut di saat ada tanda-tanda perubahan di tubuh. Salah satu caranya dengan memberikan rasa nyeri.

"Melawan itu bisa diupayakan dengan membuat rasa nyeri, misal buatlah rasa sakit yang amat sangat pada dirimu sendiri, entah kukunya ditekan pakai pensil, itu bisa membuat serangan yang lagi berproses di otak, diblok proses listrik yang lagi terjadi itu," kata dia.

Selain itu, kekuatan pikiran yang ingin melawan kekambuhan pada pengidap epilepsi, sebaiknya diperkuat untuk mencegah terjadinya kejang berulang. Namun, metode ini sulit dilakukan pada pasien yang sering mengalami kambuh saat tidak sadar atau tidur. (hd)