Kurangi Asupan Garam, Mampu Atasi Ganguan Tidur pada Lansia
- Pixabay/geralt
VIVA.co.id – Sering buang air kecil bisa jadi pertanda gejala penyakit tertentu misalnya diabetes, atau Infeksi saluran Kemih. Sering buang air kecil juga bisa menjadi pertanda kehamilan karena kandung kemih terhimpit oleh rahim yang semakin membesar.
Namun bagaimana jika keinginan buang air kecil tersebut selalu hadir di malam hari? Sebuah penelitian menyebutkan bahwa hal tersebut ternyata dapat menyebabkan gangguan tidur.
Meskipun tampaknya masalah sederhana, kurang tidur dapat menyebabkan masalah lain seperti stres, marah atau kelelahan sehingga berdampak negatif yang signifikan pada kualitas hidup. Kondisi ini ternyata sering dialami kebanyakan lansia. Kebutuhan untuk buang air kecil di malam hari atau nokturia ini memengaruhi kebanyakan lansia pada usia di atas usia 60 tahun.
Salah satu faktor utama pemicu keinginan berkemih di malam hari ini ternyata berkaitan dengan kadar garam dalam tubuh seseorang. Karenanya lebih lanjut penelitian tersebut mengungkapkan bahwa mengurangi asupan garam dalam dalam tubuh secara efektif mampu mengurangi keinginan buang air kecil di malam hari.
Studi yang dipresentasikan pada European Society of Urology kongres di London ini menunjukkan bahwa cara makan ternyata dapat membantu mengatasi masalah tersebut.
Dilansir dari laman Indian Express, salah satu cara yang dianjurkan adalah mengurangi jumlah garam dalam diet seseorang, sehingga secara signifikan dapat mengurangi kencing berlebihan, baik siang hari dan ketika tertidur, kata studi tersebut.
"Buang air kecil pada malam hari adalah masalah bagi banyak orang, terutama ketika mereka berusia lanjut. Penelitian ini memegang kemungkinan bahwa modifikasi diet sederhana mungkin secara signifikan meningkatkan kualitas hidup bagi banyak orang," ujar Matsuo Tomohiro kepala peneliti dari Universitas Nagasaki Jepang.
Penelitian ini melibatkan 321 responden pria dan wanita yang memiliki asupan garam yang tinggi sehingga memiliki masalah tidur.
Kemudian para pasien tersebut diberi bimbingan dan dukungan untuk mengurangi konsumsi garam. Mereka diawasi selama 12 minggu, dan konsumsi garam mereka diukur dengan biokimia.
Hasilnya, 223 anggota kelompok mampu mengurangi asupan garam mereka dari 10,7 gram per hari menjadi 8,0 gram per hari.
Dalam kelompok ini, frekuensi buang air kecil di waktu malam rata-rata turun dari 2,3 kali per malam menjadi 1,4 kali.
Sebaliknya, 98 persen peningkatan asupan garam rata-rata mereka dari 9,6 gm per malam untuk 11,0 gm per malam, dan mereka menemukan bahwa kebutuhan untuk buang air kecil meningkat dari 2,3 kali per malam untuk 2,7 kali per malam.
Para peneliti juga menemukan bahwa buang air kecil siang berkurang ketika garam dalam diet berkurang. "Ini adalah studi pertama untuk mengukur seberapa asupan garam mempengaruhi frekuensi pergi ke kamar mandi, jadi kami perlu mengkonfirmasi hal ini dengan studi yang lebih besar," kata Tomohiro.