Kanker Usus Besar Semakin Meningkat Selama 10 Tahun

Ilustrasi organ tubuh.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA.co.id – Penyakit kanker menjadi penyakit pembunuh paling tinggi di dunia. Gaya hidup dan pengaruh lingkungan semakin memperparah kondisi ini dari tahun ke tahun.

Meski kanker memiliki jenis berbeda dan bisa terjadi pada gender tertentu namun, tetap saja ancaman penyakit ini tidak bisa diabaikan. Menurut Ketua Yayasan Kanker Indonesia Prof Dr dr Aru Wicaksono Sudoyo, SpPD, KHOM, FCAP, antara jumlah penderita kanker wanita dan pria tidak bisa dibandingkan mana yang lebih tinggi.

"Karena setiap penyakit kanker berbeda, jenis, dan sesuai dengan kodrat gendernya. Di Indonesia, penyakit kanker pada wanita paling banyak dan nomor satu adalah payudara, kedua kanker serviks, ketiga usus besar," ujar Prof Aru saat jumpa pers di kantor Yayasan Kanker Indonesia, Jakarta, Kamis 9 Februari 2017.

Sementara pada laki-laki, penyakit kanker nomor satu adalah kanker paru karena seperti diketahui laki-laki lebih banyak merokok dibandingkan perempuan, kedua prostat, ketiga usus besar.

Penyakit kanker di Indonesia juga terus mengalami perubahan seiring waktu. Ditambah dengan faktor sosial ekonomi, sosial budaya, dan kebiasaan yang ada di masyarakat.

Contohnya, Prof Aru mengatakan, 10 tahun lalu kanker usus besar belum masuk ke dalam lima besar kanker dengan jumlah penderita terbanyak, bahkan juga tidak masuk ke dalam 10 besar.

"Tapi sekarang, karena kebiasaan makan orang Indonesia yang menyukai makanan cepat saji, kurang makan sayur, ditambah dengan tidak pernah berolahraga, kanker usus besar perlahan-lahan semakin meningkat penderitanya," imbuhnya.

Yang lebih mengkhawatirkan lagi, banyak penderita kanker di Indonesia yang berusia muda. Jika dibandingkan dengan negara Barat, penderita di bawah usia 40 tahun hanya 6-8 persen saja. Sementara di Indonesia, usia muda penderita kanker mencapai 30 persen.

"Kalau di luar, pasien yang sudah setengah umur diantar oleh anak-anaknya ke rumah sakit. Tapi di Indonesia, orangtua menggandeng anaknya ke rumah sakit. Ini miris," kata Prof Aru.