Menkes: Vape Lebih Berbahaya dari Rokok Tembakau
- REUTERS/Christian Hartmann
VIVA.co.id – Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) menyatakan, bahwa penggunaan rokok eletronik dengan cairan berbagai rasa (vape) lebih berbahaya dibandingkan rokok tembakau. Itu akibat proses hisap pada rokok eletronik tidak melalui filterisasi, seperti halnya pada rokok tembakau.
"Masih ada zat nikotin dan tarnya. Ketika dihisap (rokok elektronik), zatnya itu langsung ke paru-paru lagi, sehingga lebih berbahaya dari rokok (tembakau)," kata Menteri Kesehatan, Nila Moeloek di Rumah Sakit Cicendo, Bandung, Jawa Barat, Minggu, 5 Februari 2017.
Bahkan, menurutnya, produk dengan bahan cairan itu rawan digunakan menjadi produk transisi peredaran narkoba cair seperti Blue Safir, yang ditemukan Badan Narkotika Nasional (BNN).
Model rokok elektrik saat pertama kali muncul memiliki bentuk seperti rokok sungguhan, bahkan ujungnya memerah saat dihisap. Namun vape generasi baru memiliki bentuk seperti pulpen dibanding seperti rokok, sehingga membuat para ilmuwan mempertanyakan tentang efeknya pada pemakai yang melihat orang lain menggunakan vape baru ini.
Berdasarkan hasil penelitian dari University of Chicago Medical Centre, yang diterbitkan di jurnal Nicotine and Tobacco Research, sama seperti model rokok elektronik lama, vape berbentuk pena menimbulkan keinginan untuk merokok di antara perokok.
"Kami menemukan bahwa baik perokok berat atau ringan sensitif terhadap suasana merokok ini. Kami berpikir hal ini tidak terjadi pada alat vape generasi kedua karena bentuknya tidak mirip rokok. Tapi, hasilnya sama," kata direktur peneliti Andrea King seperti dikutip laman Cantech Letter.
Sementara sebuah kejadian yang melukai penghisap vape terjadi di Idaho beberapa waktu lalu. Andrew Hall (30), menderita luka bakar tingkat dua di pipi kirinya dan harus kehilangan tujuh gigi setelah alat penghisap vape, yang sedang dihisapnya meledak.
Dan bagi perokok vape yang sering menghembuskan asapnya melalui lubang hidung, seperti dilansir dari Metro, bisa membuat kulit di dalam lubang hidung mengering dan dalam beberapa kasus menyebabkan pendarahan hidung. Zat kimia yang menyebabkan hal ini disebut propylene glycol (PG), zat yang mampu menyerap kelembapan pada kulit sensitif di dalam lubang hidung. (mus)