Mitos Jadi Penghalang Edukasi Penggunaan Alat Kontrasepsi
- Pixabay/Anqa
VIVA.co.id – Masalah pertumbuhan penduduk yang tinggi masih menjadi tantangan yang dihadapi Indonesia. Kelahiran yang tinggi juga memicu tingginya angka kematian ibu melahirkan dan bayi. Karenanya, pemerintah membangun program untuk menekan angka kelahiran yang tinggi, salah satunya dengan alat kontrasepsi.
Alat kontrasepsi yang juga kini tengah digencarkan penggunaannya adalah kondom. Kondom ditujukan pada pasangan usia produktif yang masih berusia sangat muda dan harus menunda memiliki anak pertama.
Namun, meski edukasi mengenai penggunaan kondom terus digalakkan, masih banyak kendala yang dihadapi di lapangan. Menurut Aditya A. Putra, GM Reproductive Health & Contraceptive Business Unit DKT Indonesia, kendala utama dalam mengedukasi masyarakat mengenai alat kontrasepsi adalah menghilangkan stigma yang ada di masyarakat.
"Ada miskonsepsi penggunaan kondom di masyarakat yang masih tinggi," kata Aditya saat acara 20 Tahun DKT di Plaza Senayan, Jakarta, Kamis, 19 Januari 2017.
Sebenarnya, lanjut Aditya, masyarakat sudah punya pengetahuan yang banyak mengenai kondom atau alat kontrasepsi untuk KB jangka panjang seperti spiral. Namun, masih banyak masyarakat yang takut menggunakannya karena kuatnya stigma dan mitos yang ada.
Hal ini pun ternyata tak hanya terjadi pada masyarakat di daerah seperti yang banyak dipersepsikan orang. Tapi, masih banyak masyarakat di kota besar yang percaya pada mitos dan stigma.
Tidak ada upaya lain untuk mengubah stigma ini selain dengan edukasi terus-menerus kepada masyarakat. Informasi yang tepat secara perlahan akan mengubah pola pikir masyarakat dan keputusannya untuk kebaikan keluarga.