Stigma Masih Jadi Kendala Pencegahan HIV di Indonesia
- REUTERS/Nacho Doce
VIVA.co.id – Indonesia masih terus berjuang untuk mencapai getting to zero new infection HIV dan AIDS. Namun, Ketua Komite Program Yayasan AIDS Indonesia (YAIDS) dr. Sarsanto Wibisono Sarwono, SpOG pesimistis hal itu bisa dicapai Indonesia pada tahun 2030.
"Kita sendiri belum tahu sebenarnya angka penderita HIV di Indonesia berapa, karena angka 40 ribu yang ada, itu hanya puncak gunung es. Kalau mau getting to zero new infection, kita harus tahu dulu infeksi yang baru," ujar Sarsanto saat ditemui di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Kamis, 1 Desember 2016.
Meski begitu, dia meyakini kalau kematian karena HIV masih bisa dicegah karena pengobatan di Indonesia sudah lebih maju. Selain itu, juga mencapai getting to zero stigma, dengan terus menggalakkan kesadaran agar orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) tidak dikucilkan.
"Karena dia (ODHA) tidak mungkin tinggal di rumah sakit, dia harus kembali ke keluarga. Banyak yang lingkungannya sudah mau menerima tapi keluarganya sendiri tidak mau menunjukkan bahwa ada keluarga yang kena," tutur Sarsanto.
Seringkali, Sarsanto menambahkan, yang membuat stigma pada penderita HIV justru datang dari keluarga, bukan dari lingkungan. Hal ini karena kebanyakan dari mereka masih percaya mitos.
Mereka masih memiliki keyakinan bahwa makan bersama ODHA bisa tertular. Hal ini yang banyak menghambat ODHA yang masih dalam usia produktif tidak bisa berkarya dan memberdayakan dirinya.
Dalam upaya menghapus stigma negatif ini, YAIDS juga telah melakukan berbagai gerakan preventif, di antaranya melakukan penyuluhan kepada anak-anak remaja Sekolah Menengah Pertama (SMP).
"Dengan pengetahuan ini, setidaknya kita memberitahu apa itu HIV/AIDS dan mereka berani say no to drugs, say no to sex," kata Sarsanto.
Menurutnya, kebanyakan orang yang terkena HIV/AIDS biasanya pengetahuannya kurang, sehingga mudah percaya pada mitos dan informasi yang salah.
(mus)