Alasan Vaksin HPV Diberikan untuk Anak Sekolah Dasar
- Pixabay/dfuhlert
VIVA.co.id – Ini saatnya masyarakat lebih pintar dalam memilih informasi yang mereka peroleh, terlebih dari pesan berantai, atau pun dari media sosial. Lebih bijak dalam menyebarkan pesan berantai agar tidak menyesatkan mereka yang terbatas kemampuannya dalam mengakses informasi.
Salah satu pesan yang tersebar kini akhirnya membawa kehebohan dalam masyarakat adalah seputar Imunisasi HPV atau Human Pamillomavirus yang bisa menyebabkan Premature Ovarian Failure (POF) atau menopause dini. Terlebih dalam pesan berantai tersebut disebutkan anak sekolah dasar yang harus diberikan Imunisasi ini.
Tentu saja bagi mereka yang menerima pesan ini akan terkejut, panik tanpa mencari tahu informasi lebih lanjut. Padahal, vaksin HPV telah terbukti mampu mencegah kanker serviks atau kanker leher rahim.
Menurut rekomendasi WHO, kanker serviks dapat dicegah dengan tindakan primer yaitu vaksin HPV. Vaksin ini bisa dimulai dari usia sembilan sampai 45 tahun. Namun, dari hasil riset, usia 9 sampai 13 tahun adalah jangka usia yang paling baik untuk diberikan vaksin HPV.
"Pencegahan primer kanker serviks dengan keberhasilan dapat mencapai 100 persen jika diberikan sebanyak dua kali pada kelompok umur wanita naif (belum pernah terinfeksi HPV), karena itu diberi di usia kelas lima dan enam," ucap Elizabeth Jane Soepardi, Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan, di Kantor Kementerian Kesehatan RI, Jakarta, 28 November 2016.
Menurutnya hingga usia nenek-nenek sekali pun, pemberian vaksin bisa dilakukan, hanya yang perlu diingat, efektivitas dari vaksin tersebut tidak bisa dijamin. Karena ada kemungkinan mereka, bahkan yang menginjak usia 20 atau 25 tahun sudah ada virus HPV.
"Kurang efektif dikasih, karena ada kemungkinan ada virus HPV-nya. Belum ada gejala, di vaksin HPV enggak kena kanker? Enggak ada jaminan," katanya.
Pemberian vaksin pada anak perempuan kelas lima untuk dosis pertama, kemudian pada kelas enam untuk dosis kedua.
"Ke arah situ (program nasional) tapi berhitung. Itu DKI dan Yogyakarta prevalensi kanker serviks tinggi di dua tempat itu. Secara bertahap ke daerah meluas berikutnya, sampai nanti ke seluruh Indonesia," kata Jane.