Kenali Gejala Skoliosis atau Kelainan Tulang Belakang

Ilustrasi tulang punggung.
Sumber :
  • Pixabay/Geralt

VIVA.co.id – Skoliosis merupakan bentuk kelainan tulang belakang yang berbentuk lengkung dan disandang oleh hampir sebagian besar manusia. Menurut penelitian, kelainan ini mayoritas disandang oleh wanita dewasa dan juga usia remaja, meski tergantung derajat kelengkungannya.

Selama ini ada beberapa pemahaman yang menyatakan bahwa skoliosis adalah sebuah penyakit. Namun, menurut  M.M. Pringgondani, ST, MSi, Ketua Premier Scoliosis Club, RS. Premier Bintaro, skoliosis bukan penyakit.

Skoliosis, menurutnya, terjadi ketika adanya deformitas struktur tulang belakang yang khas dan bermanifestasi dari bentuk yang abnormal dari ekstremitas atau batang tubuh. Kelainan tulang ini seringkali mengganggu fungsi organ dalam tubuh.

"Kelainan ini dapat menyebabkan efek seperti sesak nafas, gampang pegal dan nyeri punggung sampai gangguan jantung dan penjepitan saraf tulang belakang,” kata M.M. Pringgondani, ST, MSi, Ketua Premier Scoliosis Club, RS. Premier Bintaro dalam rilis yang diterima VIVA.co.id, Sabtu, 19 November 2016.

Dia melanjutkan, gejala skoliosis dapat dikenali dengan adanya perubahan bentuk bahu dan juga pinggul. Untuk itu, ia mengimbau untuk waspada jika tampak tonjolan pada salah satu sisi pinggul.

"Bagi para penderita skoliosis mungkin condong ke satu sisi, dan juga tonjolan juga bisa terjadi pada tulang belikat," ujarnya.

Sementara itu, ciri lainnya juga bisa dikenali dengan perubahan bahu pada satu sisi yang tampak lebih tinggi dibandingkan sisi lainnya.

Dia juga melanjutkan, yang harus diwaspadai ialah gejala skoliosis pada anak. Karena menurutnya, kelainan skoliosis tidak begitu terlihat dan tidak menyebabkan rasa sakit.

Untuk itu, dia juga mendorong untuk adanya semacam pertemuan rutin baik bagi penderita dan juga dokter yang menanganinya untuk bertukar informasi.

"Diharapkan informasi terkini dan pelayanan yang lebih baik akan problem skoliosis akan dapat dilakukan secara bersama-sama dan terpadu antara para skolioser dan para dokter," kata Pringgondani. (ase)