Peran Penting Medsos Edukasi Netizen Soal Bahaya Diabetes

Cek Diabetes di Klinik Diabetes Care di Jakarta.
Sumber :
  • REUTERS/Beawiharta

VIVA.co.id – Jelang peringatan Hari Diabetes Dunia, pembicaraan mengenai diabetes di media sosial meningkat. Perusahaan Media Monitoring Australia, Isentia, sebelumnya memonitor percakapan yang direkam sejak tanggal 7 hingga 13 November dengan total pembicaraan mencapai 3468 buzz.

Menurut Luciana Budiman, Country Manager Isentia Jakarta, media sosial memang menjadi salah satu sarana edukasi bagi masyarakat dalam mengetahui lebih dalam tentang suatu penyakit.

“Kalau kami perhatikan, rata-rata sub tema pembicaraan menjelang Hari Diabetes ini adalah edukasi mengenai penyebab penyakit, gejala-gejalanya, cara terapi tradisional tanpa obat, serta tentu ada juga yang promosi obat diabetes. Namun rata-rata lebih banyak tentang gejala diabetes,” ucapnya dalam keterangan pers yang diterima VIVA.co.id, Senin,14 November 2016

Luciana menambahkan, terjadi tren peningkatan pembicaraan pada tanggal 11 November yang lalu oleh netizen hingga mencapai 878 buzz dalam sehari. Jika dianalisis, peningkatan tersebut terjadi karena para influencer banyak yang memposting mengenai penyakit diabetes.

“Kami melihat bahwa rata-rata para influencer tersebut adalah akun-akun portal berita populer yang memiliki banyak follower. Dan hampir rata-rata cuitan akun-akun tersebut di retweet lagi oleh follower mereka,” jelas Luciana.

Media, tambahnya lagi, menjadi mitra penting pemerintah dalam membantu mengedukasi masyarakat tentang penyakit yang menjadi penyebab kematian sebesar 6 persen di Indonesia ini.

“Kampanye mengenai  diabetes memang perlu digencarkan lagi khususnya di ranah sosial media. Kita bisa bergandeng tangan dengan para buzzer yang memiliki jumlah pengikut yang signifikan untuk membantu mengedukasi pola hidup sehat.  Dan tentu ini bukan hanya diabetes, tapi juga penyakit-penyakit lainnya sehingga cita-cita kita mewujudkan Indonesia sehat bisa tercapai,” pungkasnya.

Menurut anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) Yeti Hariyati, SpPD, edukasi mengenai penyakit diabetes di Indonesia sudah cukup efektif, meski beberapa fakta lapangan masih ditemukannya rumah sakit yang belum memiliki poli khusus untuk penyakit ini.

Puskesmas sebagai garda terdepan dalam memberikan sosialisasi masih terkendala masalah sumber daya manusia.

“Puskesmas belum sepenuhnya mampu memberikan pelayanan kuratif dan promotif secara berkala khususnya untuk penyakit ini, meningkat keterbatasan SDM serta banyaknya program lain yang harus dijalankan puskesmas tersebut,” tuturnya.

Media sosial, tambah Ketua Pokja HIV RSUD Bogor tersebut, cukup efektif sebagai sarana edukasi diabetes jika dilihat dari banyaknya masyarakat yang berobat terhadap penyakit tersebut.

“Tentu perlu diukur lagi melalui survei sebatas mana pengetahuan penderita diabetes tentang penyakitnya ini. Setelah itu ditindaklanjuti dengan gerakan aktif pencerahan tentang gizi, terapi medikamentosa, kegiatan jasmani dan edukasi dukungan keluarga terhadap penderita,” sarannya lagi.

Di samping itu, hampir 350 juta penduduk dunia mengidap penyakit diabetes. Di Indonesia, penderita diabetes yang meninggal pada umur 30-69 tahun mencapai 48.300 orang dengan jumlah penderita wanita lebih besar dibandingkan pria.

Sedangkan penderita yang meninggal di atas 70 tahun akibat penyakit kadar gula ini mencapai 51.100 orang dengan kompisisi 16.300 pria dan 34.800 wanita. Pria Indonesia beresiko 6,6 persen untuk mengidap penyakit ini sedangkan wanita sebesar 7,3 persen.