Studi: Wanita Lebih Cerdas Menjelang Menstruasi

Ilustrasi wanita mengalami infeksi saluran kencing
Sumber :
  • pixabay/holdosi

VIVA.co.id – Menurut sebuah penelitian baru-baru ini diketahui bahwa wanita menjadi lebih cerdas di masa tersubur mereka dan otak mereka akan menciut selama masa menstruasi.

Sebuah area di otak yang berfungsi membentuk ingatan manusia, suasana hati, dan emosi terlihat bertambah ukurannya, paralel dengan meningkatnya satu kunci hormon seks.

Para peneliti melihat hubungan antara hormon pada wanita dan perubahan suasana hati yang tajam, mereka menemukan bahwa kenaikan kadar estrogen diketahui memperbesar hipokampus--bagian dari otak besar yang terletak di lobus temporal, berperan pada kegiatan mengingat (memori) dan navigasi ruangan.

Ini merupakan area otak di mana ingatan pertama kali terbentuk dan memiliki peran kunci dalam emosi. Dilansir Daily Mail, ketika estrogen berada di tingkat tertingginya selama ovulasi, saat telur terlepas dari indung telur ke dalam tuba falopi, struktur otak sedang dalam kondisi terbesarnya.

Namun, saat kadar estrogen menurun dan wanita mulai memasuki masa menstruasi, area otak mengecil. Para peneliti menulis, pertambahan ukuran dan penyusutan yang terjadi setelahnya berjalan dengan keteraturan yang luar biasa.

Tapi, hanya estrogen saja yang memiliki efek. Sementara hormon seks wanita lainnya seperti progesteron tidak berdampak pada perubahan ukuran otak.

Para peneliti di Max Planck Institute forHuman Cognitive and Brain Sciences di Leipzig berharap penemuan ini bisa membantu mereka memahami gangguan yang menyebabkan perubahan mood yang drastis, kelesuan, dan depresi pada wanita yang menstruasi.

Menurut para peneliti, gangguan yang disebut dengan premenstrual dysphoria disorder (PMDD), merupakan suatu kondisi yang diyakini mempengaruhi satu dari 12 wanita.

"Untuk memahami lebih baik gangguan ini, kami pertama-tama harus menemukan ritme bulanan mana dari otak wanita sehat yang dilalui wanita. Dengan begitu kami dapat mengungkapkan perbedaan pada orang yang mengalami PMDD," kata rekan penelitian PMDD Julia Sacher.

Para peneliti juga berharap penemuan ini dapat memberikan pencerahan dalam perbedaan besar antara gangguan mood pada pria dan wanita. Wanita diketahui berisiko dua kali lipat mengalami depresi dibanding pria.