'Indonesia Mengajar' Beri Wajah Baru Pendidikan Nasional
- Pixabay/Public domain pictures
VIVA.co.id – Gerakan Indonesia Mengajar yang ada sejak tahun 2010, telah membawa banyak perubahan dalam sektor pendidikan dalam masyarakat Indonesia, terutama di daerah terpencil.
Indonesia Mengajar atau IM percaya sepenuhnya bahwa besarnya cakupan dan kompleksnya persoalan sektor pendidikan Indonesia, tidak bisa sepenuhnya diserahkan pada pemerintah, sehingga perlu dilahirkan agen perubahan.
Untuk itu IM menjadi inisiatif sosial pendidikan terdepan yang menggabungkan dua pembelajaran, yaitu pengembangan kepemimpinan pemuda dan melibatkan semua elemen masyarakat dalam meningkatkan pendidikan, dan yang kedua adalah mengembangkan gagasan serta prinsip tersebut menjadi sebuah program.
Program yang dimaksud adalah mengirimkan pemuda pemudi lulusan terbaik perguruan tinggi, untuk menjadi pengajar muda. Mereka tidak hanya akan mengabdi menjadi guru, tapi juga sebagai agen perubahan sosial di daerah pelosok, selama satu tahun.
"Pertanyaan besar kami selama bertahun-tahun, masalah pendidikan itu apa. Karena fenomena-fenomena itu tidak bisa ditarik kesimpulan umumnya di berbagai daerah dengan alat ukur yang kita punya sekarang," kata Hikmat Hardono, Ketua Yayasan Indonesia Mengajar, dalam Hasil Capaian Lima Tahun, di Markas Indonesia Mengajar, Senayan, Jakarta Selatan, 13 Oktober 2016.
Hikmat memberi rumusan, salah satu permasalahan pendidikan. "Kalau rumusan saya, tampaknya masalah pendidikan bukan tentang pendidikan, tapi masalah yang ada di ruang pendidikan identik dengan masalah sosial lain. Yaitu interaksi," imbuhnya.
Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa iinteraksi yang buruk atau tidak optimum. Bahkan saat pemerintah masuk untuk mendorong interaksi, responnya buruk yang kemudian memberikan contoh,
"Kriteria interaksi seperti apa? secara umum interaksi-interaksi itu, yang bisa membentuk perilaku baru adalah interaksi yang positif. Kedua, enggak ada kata lain interaksi bisa punya hasil kalau enggak intensif,” ungkapnya.
Interaksi yang tercipta, memberikan dampak positif pada masyarakat, guru dan siswa, sehingga meningkatkan prestasi dan inisiatif di bidang pendidikan. Interaksi pengajar muda dengan siswa, menginspirasi perubahan perilaku guru, kepala sekolah, orangtua, bahkan masyarakat dan pemerintah setempat untuk mendukung peningkatan pendidikan di wilayah sasaran. Mitra guru menjadi lebih inovatif dalam mengajar, guru menggunakan berbagai metode belajar kreatif.
Dan selama lima tahun ini, Gerakan Indonesia Mengajar dengan 622 pengajar muda, telah mendorong berbagai perubahan di 24 kabupaten yang tersebar di 22 provinsi, diantaranya seperti Lebak, Pulau Bawean (Gresik), Bengkalis, Tulang Bawang Barat, Musi Banyuasin, Muara Enim, Aceh Utara, Paser, Kapuas Hulu, Majene, Kepulauan Sangihe, Banggai, Bima, Rote, Halmahera.
Disamping itu, keberadaan IM juga mendobrak mitos yang selama ini berkembang di masyarakat bahwa orang daerah tidak bisa bersaing.
Evi Trisna, Direktur Eksekutif Indonesia Mengajar, mengatakan tentang mitos dalam pendidikan.
"Mitos seperti anak bodoh hampir ada di semua tempat. Mitos bahwa kita tidak punya kapasitas melakukan ini kental sekali. Kita cita-citanya mendobrak mitos-mitos," ungkapnya.
Seperti di Lebak yang telah lima tahun mendapat pendampingan Pengajar Muda selama lima tahun, kini mereka telah mandiri dan bisa memberikan pendidikan layak bagi para siswa. Ahmad Lugas, Koordinator Kelompok Penyanyi Jalanan (KPJ) Rangkasbitung, pada viva.co.id mengungkapkan tetap mempertahankan program pendidikan yang diberikan,
"Sekarang tanpa mereka (IM) kita jalan terus. Kami kelompok penyanyi jalanan bergerak terus, bagaimana berbuat, berkegiatan sekecil apa pun ada hal baik di sana. Mereka, terutama guru merasa diingatkan, dunia pendidikan begini," katanya.
(ren)