Ini Alasan Anda Tidak Boleh Mendiamkan Anak Menangis

Bayi menangis.
Sumber :
  • Reuters Photo

VIVA.co.id – Saat menghadapi si kecil yang menangis, reaksi yang paling umum dilakukan orangtua adalah mencoba menghentikan tangisnya.

Namun, hal itu tidaklah dianjurkan. Karena, menurut teori yang didukung oleh sejumlah penelitian, air mata bisa menyembuhkan. Dikutip dari The Sun, ternyata menangis dapat membuat kita merasa lebih bahagia dan sehat.

Menangis adalah proses penyembuhan alami tubuh dari stres dan rasa kesal. Buku Tears Heal yang ditulis oleh Kate Orson memaparkan bahwa kita tidak boleh menyuruh anak diam ketika mereka menangis. Alasannya, karena menangis adalah bahasa pertama bayi.

Mereka menangis untuk mengekspresikan apa yang mereka inginkan dan untuk memproses pengalaman yang mereka dapatkan di dunia yang baru ini. Adalah hal yang alamiah bagi bayi untuk menangis kencang di tahun pertama kehidupannya. Ahli biokimia William Frey meneliti komposisi kimia dalam air mata dan menemukan bahwa air mata yang keluar karena alasan emosional membawa hormon stres kortisol.

Hal ini menunjukkan kalau menangis karena alasan emosional berarti kita benar-benar melepaskan stres dari tubuh kita dan menangis merupakan bagian penting dalam proses pemulihan.

Bahasa emosi adalah bahasa nonverbal. Sistem limbik yang merupakan rumah dari emosi kita di dalam otak, terbentuk sepenuhnya sebelum kita lahir. Sedangkan korteks prefrontal, bagian yang memproses bahasa, belum terbentuk sebelum mencapai usia dewasa.

Karenanya, melepaskan emosi merupakan cara untuk membuat segalanya masuk akal. Ketika sistem limbik telah kembali pada keadaan awal dan ketenangan sudah terbentuk, anak pun akan dapat mengakses korteks prefrontalnya dengan lebih mudah. Dia pun bisa membicarakan tentang apa yang terjadi.

Bahkan pada orang dewasa, korteks prefrontal tidak berfungsi dengan baik ketika emosi meluap. Kita terkadang sebagai orang dewasa juga sulit mengungkapkan perasaan melalui kata-kata. Jadi, meskipun anak-anak sudah mulai beranjak dewasa dan sudah bisa mengekspresikan keinginan mereka lewat kata, mereka masih tetap butuh menangis.