Sehari Jadi Menteri, 11 Anak Bahas Penghapusan Pekerja Anak
- VIVA.co.id/ Bimo Aria
VIVA.co.id – Bagaimana bila anak-anak diberi kesempatan untuk menjadi menteri satu hari? Itulah yang dilakukan anak-anak ini. Sebanyak 11 anak yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, memerankan sejumlah jabatan penting di Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia, termasuk menjadi Meteri Ketenagakerjaan.
Dalam rangka peringatan Hari Anak Perempuan Internasional yang jatuh pada 11 Oktober 2016 anak-anak berkesempatan menjadi menteri sehari dalam kegiatan yang bertajuk 'Sehari Menjadi Menteri'.
Nur Annisa, yang berperan menjadi Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia, mengatakan bahwa ia bersama dengan jajarannya akan membahas tentang penghapusan pekerja anak, khususnya perempuan di Indonesia.
"Kami akan membahas tentang pekerja anak perempuan, prosesnya akan berjalan seperti sebagaimana mestinya dan hasilnya nanti akan kami berikan ke Kementerian Tenaga Kerja," kata Nur Annisa, di Kementerian Tenaga Kerjaan, Selasa 10 Oktober 2016.
Dalam perannya yang menduduki jabatan masing-masing, 11 anak ini membahas tentang permasalahan yang terkait dengan fenomena pekerjaan anak di daerahnya masing - masing. Seperti kasus pekerja pada anak di Tanjung Balai, Nusa Tenggara Timur, yang diungkapkan Ryan Richard Rihi, yang berperan sebagai PLT Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3.
“Di Tanjung Balai, terdapat anak yang bekerja untuk memilah ikan, secara khusus mereka bekerja melampaui tiga jam seperti yang telah diatur. Lokasi kerja mereka dalam sektor informal," kata Ryan.
Sementara itu, Mawariska Kartika Putri yang berasal dari Bali, juga mengungkapkan bahwa di Bali masih banyak anak perempuan yang bekerja di sektor pariwisata, seperti ditempat spa dan panti pijat, bahkan ada yang dibayar untuk melakukan prostitusi yang bisa merusak kesehatan seksual.
Dari hasil rapat yang dilakukam Menteri anak tadi, mereka juga memberikan beberapa rekomnedasi, yakni mendorong pemerintah untuk melakukan pendataan di sektor informal, mendorong pemerintah untuk melakukan pengawasan melalui metode pelaporan yang mudah efektif dan ramah anak, seperti menggunakan media sosial, mendorong penghapusan pasal pengecualian yang sering dimanfaatkan untuk mengeksploitasi anak.
Sebagai Informasi, sekitar 200 posisi kunci di seluruh dunia akan diisi oleh anak perempuan di lebih dari 50 negara, pada perayaan Hari Anak Perempuan internasional. Anak perempuan akan menjabat sebagai presiden, perdana menteri, menteri, kepala daerah, kepala kepolisian, pemimpin redaksi, dan pemimpin beberapa korporasi global. Aksi 'Girls Takeover’ ini menjadi simbol dari gerakan global pemberdayaan anak perempuan bertajuk 'Because i Am A Girl' (BIAAG movement) yang diinisiasi Plan international. (asp)