Permainan Tradisional Mampu Stimulasi Otak Anak

Ilustrasi anak bermain enggrang
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dyah Pitaloka

VIVA.co.id – Psikolog anak Efnie Indriyani mengatakan permainan yang paling baik bagi anak untuk menstimulasi otak adalah permainan tradisional. Karena permainan ini biasanya melibatkan situasi alam terbuka.

"Permainan tradisional melibatkan kegiatan berkelompok, butuh strategi, dan biasanya sangat efektif untuk menstimulasi otak anak karena permainan tradisional ada strateginya, analisa, kepemimpinan, dan kerjasama," kata Efnie saat ditemui di sebuah acara, Kamis, 25 Agustus.

Kemampuan berikutnya yang didapat dari permainan tradisional adalah kemampuan persuasif karena dalam membentuk kelompok kemampuan ini yang paling diandalkan. Selain itu, kemampuan komunikasi mereka pun akan terbentuk.

Contohnya, permainan petak umpet yang bisa menstimulasi otak anak dengan baik. Di mana dalam permainan ini ada tiga hal yang bisa dipelajari anak. Pertama dia belajar membuat strategi ketika harus mencari tempat bersembunyi tanpa ketahuan.

"Kedua dia harus punya keberanian. Ketika dia berupaya agar tidak mudah ditemukan lawan berarti dia harus bisa eksplorasi lingkungan setempat. Tentunya untuk eksplorasi lingkungan setempat butuh keberanian dan bagi anak yang tadinya tidak berani kalau sering dilakukan, kemampuan ini biasanya akan terasah," kata Efnie.

Yang ketiga adalah kemampuan persuasif. Kemampuan ini bisa terasah saat mereka bersembunyi dan ada orang lain di tempat itu. Paling tidak mereka pasti akan bernegosiasi agar tempat bersembunyiannya tidak diberitahu kepada lawan.

Dalam mengembangkan kemampuan ini tentunya orangtua harus memperhatikan tahapan perkembangan usia anak.

Menurut Efnie, anak-anak sudah cukup efektif dimasukkan ke dalam situasi sosial saat usia anak 3,5 tahun.

"Tapi usia 3,5 tahun tentunya anak belum siap untuk melakukan teamwork karena 3,5 tahun anak masih egosentris artinya apa yang dianggap baik adalah apa yang dia lakukan. Dan semuanya milik dia. Jadi, 3,5 tahun mulai diperkenalkan adanya situasi sosial, masuk usia 4 tahun belajarlah kegiatan berkelompok," ujar Efnie.