Dampak Positif Permainan Tradisional pada Kecerdasan Anak
- Antara/Dewi Fajriani
VIVA.co.id – Kemajuan teknologi tentunya banyak memberi manfaat dalam hal mengembangkan kemampuan kreativitas anak. Namun, teknologi seperti gadget memiliki kelemahan.
Menurut psikolog anak Efnie Indriyani, rata-rata alat atau perangkat teknologi cukup dimainkan soliter atau sendirian. Kalaupun ada lawan bermain, sosoknya hanya fiktif.
Karena itulah Efnie menilai permainan tradisional yang paling efektif dalam membentuk kecerdasan emosi anak karena melibatkan banyak orang atau berkelompok. Kecerdasan inilah yang paling penting dimiliki anak sebagai bekal mereka dibandingkan dengan intelektualitas.
"Masalah intelektualitas saya optimis anak Indonesia cerdas. Dengan pelajaran banyak dibandingkan negara lain anak Indonesia bisa survive. Nilainya bagus, mereka bahkan bisa juara olimpiade matematika atau science. Tapi yang jadi PR adalah kecerdasan emosi artinya self control, kemampuan mengendalikan diri," ujar Efnie.
Seorang anak yang punya kecerdasan yang baik bisa terlihat ketika dia tumbuh menjadi remaja, dia akan jadi remaja yang santun, bisa memahami orang lain. Kemampuan inilah yang dapat meminimalisir adanya tawuran dan tidak melakukan perundungan (bullying), atau misalnya mungkin melakukan pelecehan terhadap teman-teman yang dianggap lemah.
"Dia akan peduli dengan lingkungan dan ketika dewasa juga minimal dia punya karakter yang sabar," kata Efnie.
Selain itu, kecerdasan emosi biasanya akan seiring juga dengan perkembangan spiritualitas. Ini juga terkait dengan agama. Anak yang sudah punya spiritualitas sejak kecil, biasanya dia akan memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan.
"Dia tidak mudah menyakiti orang lain, dia bersabar, dan mampu mengontrol dirinya," ujar Efnie.