Anak Usia 2-10 Rawan Kekurangan Gizi

Ilustrasi penderita gizi buruk.
Sumber :
  • VIVAnews/Unggul Fahmi
VIVA.co.id - Masalah kekurangan gizi sering dialami oleh anak usia balita. Kekurangan gizi ditandai dengan lambatnya pertumbuhan tubuh (terutama pada anak), daya tahan tubuh rendah, kurangnya tingkat intelegensia (kecerdasan), dan produktivitas yang rendah. Ini terjadi akibat asupan gizi di bawah kebutuhan.

Sebelumnya, pertumbuhan anak harus dilihat melalui kurva yang dicatat rutin melalui pengukuran berat badan dan tinggi badannya. Ditemui dalam acara Dokter Kecil Mahir Gizi 2016 Hadirkan Versi Online, Dr. dr. Yustina Ani Indriastuti, M.Sc, SpGK dari Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia menuturkan perkembangan yang baik dilihat dari kurva yang semakin meningkat.

"Kurva yang meningkat itu artinya pertumbuhannya sesuai antara tinggi, berat dan usia. Biasanya cenderung landai di usia dua hingga sepuluh tahun," ujarnya di Kemendikbud RI, Jakarta, Rabu 3 Agustus 2016.


Di usia 2-10 tahun itu, banyak kemungkinan anak yang rawan dalam kekurangan gizi. Selain itu, usia setelah pemberian ASI eksklusif juga rawan mengalami kekurangan gizi.


"Setelah ASI eksklusif, para ibu biasanya tidak terlalu memperhatikan lagi asupan penting pada bayi. Makanan pendamping ASI ini juga harus diwaspadai agar anak tetap mendapat gizi yang seimbang," jelas Yustina lagi.


Untuk itu, para orangtua disarankan agar tetap memberikan porsi gizi seimbang di usia-usia rawan gizi tersebut. Disarankan juga agar para orangtua menggunakan kurva untuk mempermudah melihat perkembangan si buah hati.


"Tetap pakai Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk liat kurva perkembangan anak. Timbang secara teratur," kata dia.