Anak Terlalu Kurus Bisa Dianggap Korban Kekerasan
- pixabay/Miguel L Perez
VIVA.co.id - Kekerasan pada anak menjadi masalah yang serius, akhir-akhir ini jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013, jumlah kasus kekerasan anak yang tercatat mencapai angka 3.339. Kekerasan seksual menjadi salah satu kasus yang paling banyak terjadi.
Namun, kekerasan pada anak tidak hanya terbatas pada kekerasan fisik saja tapi juga kekerasan psikis melalui bentakan, makian atau ejekan, termasuk cyber bullying.
Selain itu, anak dengan berat badan rendah ternyata juga masuk dalam kategori kekerasan pada anak.
"Seperti kita tahu sejak dari kandungan gizi anak harus diperhatikan. Kalau lahir dengan berat badan tidak normal berarti ada kelalaian ibu ketika hamil dan petugas kesehatan. Kecacatan anak juga salah satu bentuk kelalaian. Ini juga sebagai bentuk kekerasan," ujar dr. Eni Gustina, Direktur Kesehatan Keluarga dari Kementerian Kesehatan saat temu media di Gedung Kemenkes pada peringatan Hari Anak Nasional bertema “Akhiri Kekerasan pada Anak,” Rabu 27 Juli 2016.
Masalah gizi, lanjut Eni, menjadi salah satu masalah yang dihadapi anak di Indonesia. Karena kekurangan gizi mengancam generasi keberadaan generasi masa depan.
Ketika anak kurang gizi sampai dewasa dia akan menganggap gizi itu tidak terlalu penting dan ketika hamil mereka juga tidak memikirkan gizi anaknya sehingga ini akan menjadi siklus yang terus menerus.
Sementara untuk masalah penanganan kasus kekerasan anak, Kemenkes juga telah menyediakan Puskesmas sebagai tempat pelayanan korban kekerasan untuk anak dan perempuan. Nantinya Puskesmas ini juga akan melakukan penyuluhan ke masyarakat atau sekolah sebagai bentuk pencegahan terjadinya kekerasan pada anak.
(ren)