Hati-hati, Lima Bahan Berbahaya dalam Deodoran Anda
- Venusbuzz.com
VIVA.co.id – Bahan beracun dalam kosmetik mungkin tidak akan Anda makan secara sengaja. Tapi, kandungan kosmetik berbahaya bisa berakibat lebih fatal dari kosmetik yang Anda aplikasikan di kulit, salah satunya adalah deodoran.
"Ketika Anda memakan sesuatu, makanan akan dihancurkan oleh hati dan sistem pencernaan. Tapi, ketika sesuatu Anda oleskan di kulit, ada masanya dia akan masuk ke dalam aliran darah tanpa proses metabolisme," kata Heather Patisaul, PhD, profesor biologi di North Carolina State University, seperti dilansir dari Time.
Patisaul banyak menghabiskan waktunya untuk meneliti endokrin pengganggu, zat kimia yang bisa mengganggu fungsi reproduksi dan perkembangan hormon tubuh. Dia mengatakan, mengoleskan sesuatu ke kulit tidak berarti membuka jalannya untuk masuk ke aliran darah, tapi tergantung bahan kimia yang dikandung.
Namun, dari sejumlah tes darah menunjukkan bahwa banyak kandungan yang umumnya ada pada deodoran bisa masuk ke dalam epidermis lalu menyerap ke dalam tubuh.
Pemimpin Redaksi Journal of Applied Toxycology, Philip Harvey, Ph.D mengatakan, penelitian menunjukkan bahwa beberapa senyawa yang digunakan di dalam deodoran dapat diserap dan tersimpan di sel lemak, yang umumnya ada di area ketiak. Jaringan di ketiak Anda juga memiliki hormon reseptor yang dapat bereaksi terhadap sejumlah bahan deodoran tersebut.
Karena alasan ini, Harvey dan Patisaul khawatir beberapa kandungan dalam antiperspiran dan deodoran bisa menyebabkan atau memengaruhi reproduksi atau timbulnya beberapa masalah termasuk kanker.
Berikut adalah lima kandungan deodoran yang perlu Anda waspadai.
Paraben
Ada beberapa jenis paraben yang digunakan pada deodoran dan produk perawatan tubuh lainnya. Penelitian menyatakan bahwa beberapa jenis pareben bisa mengganggu kerja tubuh dalam memproduksi dan mengatur estrogen dan hormon lainnya.
"Ada jaringan estrogen yang sensitif di payudara, jadi khawatirlah jika Anda memakai paraben terlalu dekat dengan jaringan ini setiap hari, karena akan memicu pertumbuhan sel kanker," kata Patisaul.
Alumunium
Biasanya ada di dalam antiperspiran. Penelitian yang dilakukan Philippa Darbre, onkologis di University of Reading di Inggris menemukan, kandungan jenis logam ini bisa menyebabkan ketidakseimbangan gen di dalam jaringan payudara. Ketidakseimbangan ini bisa menyebabkan perubahan yang dapat memicu pertumbuhan tumor atau sel kanker.
Triclosan
Kandungan ini banyak digunakan di banyak produk perawatan kulit untuk mencegah kontaminasi bakteri dan membunuh bakteri di permukaan kulit seperti yang terdapat pada obat jerawat, beberapa produk deodoran dan antiperspiran, dan sabun cuci tangan.
Pada beberapa penelitian yang dilakukan pada binatang, ditemukan triclosan berkaitan dengan aktivitas hormon yang tidak wajar. Beberapa penelitian bahkan menunjukkan triclosan dapat merusak microbiome atau aktivitas gen Anda sehari-hari.
"Terdapat bukti pada amfibi dan ikan bahwa triclosan menyebabkan kerusakan fungsi tiroid yang sangat penting bagi perkembangan otak," kata Patisaul.
Phthalates
Kandungan ini bisa merusak fungsi androgen atau cara tubuh Anda memproduksi dan menggunakan hormon testoteron. Hormon ini tidak hanya diproduksi oleh pria tapi juga wanita. Penggunaan kandungan ini dapat merusak sistem reproduksi pada pria dan dapat mempengaruhi perkembangan janin pada wanita hamil.
Pengharum
Hampir semua produk beraroma memiliki aroma atau parfum dalam daftar kandungannya. Dan tidak mungkin untuk mengetahui bahan kimia, karena dilindungi oleh hukum perdagangan.
Kemungkinan itu adalah Phthalates, atau kandungan yang bisa menyebabkan alergi pada kulit. Bahkan mencium wewangian di tubuh orang lain pun bisa menimbulkan reaksi alergi.
Adapun untuk melindungi diri Anda dari bahan berbahaya tersebut, Darbre menganjurkan membuang semua produk deodoran adalah satu-satunya cara melindungi diri dari paparan zat beracun. Sementara Patisaul menyarankan untuk membeli deodoran yang tidak mengandung pengharum dan bahan berbahaya lainnya.
"Semakin banyak orang yang tidak membeli produk yang tidak mengandung bahan ini, akan semakin banyak pabrik yang tidak lagi menggunakannya," ujar Patisaul.