Hati-hati, Ini Risiko Anak yang Sering Pindah Rumah
- VIVAnews/Joseph Angkasa
VIVA.co.id – Anda sudah memiliki anak dan sering pindah rumah? Sebuah studi mengatakan bahwa risiko stres terbesar dimiliki oleh anak remaja awal adalah sering pindah rumah.
Dilansir dari Dailymail, Kamis 9 Juni 2016, seringnya berpindah rumah di berbagai wilayah diketahui sebagai sumber stres terbesar yang bisa dialami. Tidak hanya itu, pindah rumah secara reguler ternyata memberikan risiko besar pada anak dalam penggunaan obat-obatan, melakukan kriminalitas, dan meninggal di usia muda.
Risiko besar tersebut dilaporkan oleh American Journal of Preventive Medice. Studi ini juga memaparkan bahwa risiko besar tersebut kerap dialami oleh anak di usia remaja awal yang sering berpindah-pindah rumah di beberapa wilayah.
Penelitian lain yang berasal dari Centre for Mental Health, University of Manchester, mencatat bahwa setiap pindah dari satu rumah di suatu wilayah ke wilayah lainnya, dapat meningkatkan risiko pada kesehatan fisik dan mental anak. Selain itu, berpindah rumah juga kerap menyebabkan anak lebih stres jika di waktu bersamaan kedua orangtuanya harus bercerai.
Data tersebut dianalisis dari 1,4 juta anak, di mana anak-anak tersebut mulai berpindah-pindah rumah sejak lahir hingga usia 14 tahun. Namun, saat usia 14 tahun anak-anak tersebut terdeteksi memiliki risiko tersebut.
Menurut studi lain yang berasal dari Denmark mengungkapkan bahwa anak yang sering pindah rumah di bawah usia tujuh tahun, tidak berdampak besar dalam memiliki risiko tersebut.
Jadi, ada baiknya Anda sebagai orangtua yang sering mengajak si kecil pindah rumah di usia remaja, bisa lebih memerhatikan sosialisasi maupun kesehatannya baik secara fisik maupun mental sang anak.