Hati-hati Efek Samping Obat Antidepresan

Dengan adanya edukasi pengenalan warna obat, membuat peluang tertukarnya obat menjadi menurun.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA.co.id – Seorang perempuan bernama Mpho Boadia, 36 tahun, hampir saja kehilangan nyawanya akibat alergi terhadap obat anti-depresan. Meski kejadiannya sudah lama, namun hal ini tak bisa dilupakan olehnya. Ia bercerita, pada 2013 lalu ia membeli obat anti depresan untuk mengatasi depresi dan stres akibat kematian temannya 2010 lalu. Namun, beberapa minggu setelah mengonsumsi obat tersebut, seluruh badan dan wajah Boadiai dipenuhi oleh ruam.

Awalnya dokter mengira Boadia menderita cacar air, namun ruam di sekujur tubuhnya semakin memburuk dan kulitnya melepuh dan ia harus segera diberi penanganan intensif. Selanjutnya, ia didiagnosa menderita Sindrom Stevens Johnson (SJS), yaitu kondisi langka ketika sistem imun bereaksi lebih terhadap obat-obatan atau infeksi ringan.

Dilansir dari Daily Mail, akhir Februari 2013 lalu, Boadia dibawa ke Rumah Sakit Klerksdorp. "Ruamnya menimbulkan gatal yang sangat hebat. Aku tahu ada yang tidak beres di sini. Rasanya seperti terkena luka bakar. Badanku melepuh. Akhirnya kulitku digosok agar kuliitnya mengelupas. Rasanya sangat mengerikan," kata Boadia.

Setelah beberapa minggu dirawat, keadaan Boadia membaik. Ia keluar dari rumah sakit pada April 2013 meskipun masih merasakan sakit di beberapa bagian tubuh.

Perlu diketahui bahwa memiliki gejala awal SJS mirip dengan flu, diikuti dengan ruam dan gelembung merah atau keunguan yang menyebar di sekujur tubuh, bagian kulit yang terinfeksi akan mati dan mengelupas. Selain itu, resiko fatal akibat sindrom ini adalah kebutaan dan kerusakan paru-paru.

Pada orang dewasa penyebab umum timbulnya penyakit ini adalah reaksi terhadap pembunuh rasa sakit, antibiotik. Pada kasus umum, pemicunya tidak bisa diketahui.