Ketahui Profil Pelaku Kriminal pada Remaja

Para remaja tersangka pemerkosaan terhadap seorang gadis berusia 13 tahun di Surabaya ditangkap polisi pada Kamis, 12 Mei 2016.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Januar Adi Sagita

VIVA.co.id – Maraknya kasus kekerasan yang dilakukan oleh remaja menimbulkan pertanyaan tersendiri, ada apa dengan remaja kita saat ini?

Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga, Roslina Verauli mengungkapkan, kasus ini sebaiknya menjadi momentum untuk masyarakat dan negara peduli terhadap profil pelaku tindak kriminal.

Menurut psikolog yang akrab disapa Vera ini, anak-anak yang terlibat perilaku kejahatan memiliki profil yang mirip dan serupa. Kasus sejenis akan terus berulang selama masih ada anak-anak yang berpotensi melakukan tindak kriminal tersebut.

Pertama, pelaku memiliki kecerdasan di bawah rata-rata. Mereka adalah anak-anak yang memiliki gangguan belajar yang gagal dideteksi dari awal dan atau mereka yang putus sekolah karena alasan finansial.

"Akibatnya, anak-anak seperti ini akan bergaul di lingkungan yang banyak terdapat para pengangguran. Mereka akan mudah tereksposur dengan rokok, minuman keras, obat-obatan terlarang, hingga konten-konten pornografi," kata Vera saat dihubungi oleh VIVA.co.id, Rabu, 18 Mei 2016.

Waktu belajar anak-anak ini malah dihabiskan di jalanan yang kaya akan aktivitas kekerasan. Terjadi interaksi yang kompleks yang bisa membuat seseorang berpotensi menjadi condut atau pelaku pelanggaran aturan.

Lebih bahayanya lagi, tidak ada kepedulian dari kita sebagai masyarakat dan pemerintah setempat.

"Bagaimana reaksi kita ketika melihat anak-anak nongkrong di jam-jam sekolah? Bagaimana bisa masyarakat dan pemerintah membiarkannya?" ucapnya.

Vera pun memberikan perbandingan dengan yang terjadi di Amerika.

"Di sana, jika ada kelompok anak atau remaja yang berkeliaran di jam-jam sekolah akan langsung ditertibkan aparat setempat. Bagaimana dengan kita?"

Ia pun berharap, dengan mengubah paradigma dalam memandang kasus kejahatan dan adanya tanggung jawab dari negara (pemerintah dan aparat), serta masyarakat, dan orangtua sebagai pengawas, kasus ini bisa dibenahi secara menyeluruh.

Baca juga: