Mengungkap Waktu Tidur Masyarakat Dunia
- Pixabay
VIVA.co.id – Pola tidur masyarakat dunia telah diumumkan oleh para ilmuwan yang menghimpun data dari aplikasi. Dari data itu terungkap bahwa warga Belanda punya waktu tidur satu jam lebih lama dari warga di Singapura atau Jepang.
Penelitian tersebut dikemukakan di Science Advances, yang juga mengungkapkan, wanita biasanya tidur lebih lama dari pria dan pria paruh baya tidur dengan waktu paling sedikit.
Para peneliti juga menduga hasil penelitian tersebut terkait 'krisis’ waktu tidur global. Awalnya pada 2014, peneliti dari Universitas Michigan juga pernah merilis aplikasi untuk mengurangi jetlag. Dari data itu para pengguna aplikasi membagi waktu tidur dan kebiasaan beristirahat mereka.
Studi tersebut menemukan, masyarakat di Jepang dan Singapura punya waktu tidur rata-rata tujuh jam 24 menit, sementara Belanda delapan jam dan 12 menit. Masyarakat di Inggris rata-rata beristirahat selama delapan jam, tak jauh berbeda dari penduduk di Prancis.
Semakin malam negara itu tetap aktif, maka semakin sedikit waktu istirahat penduduknya. Tapi waktu bangun tidur di pagi hari tidak berpengaruh banyak pada durasi tidur.
Salah satu peneliti, Prof Daniel Forger menyatakan ada konflik yang terjadi saat kita tidur larut malam, namun ingin tetap bangun pagi hari.
"Kehidupan sosial memaksa kita untuk tetap terjaga di malam hari, jam pada tubuh kita tetap membuat terbangun di pagi harinya dan mengorbankan waktu tidur, itulah yang kita maksud krisis tidur global," ujarnya seperti dilansir dari BBC News.
Penelitian tersebut juga menunjukkan wanita punya waktu tidur lebih lama 30 menit setiap malamnya dibanding pria, terutama mereka yang di rentang usia 30 dan 60 tahun. Hal lainnya juga menunjukkan orang yang terkena sinar matahari tidur lebih awal.
Usia memang jadi faktor kuat dalam penentu kebiasaan waktu tidur, dan remaja seharusnya punya waktu tidur lebih banyak tapi menurut Prof Forger, waktu istirahat mereka mendekati orang dewasa.
"Saya rasa ini menarik, seolah menjadi tren untuk mempelajari berdasarkan data dari Twitter dan aplikasi dan menemukan korelasi dari seluruh penjuru dunia. Hal tersebut tidak bisa kita lakukan saat kita meneliti orang-orang tersebut di laboratorium," ujar Dr Akhilesh Reddy dari Universitas Cambridge kepada BBC.
"Ini menyoroti walau jam di tubuh kita menuntut untuk melakukan berbagai hal, tapi kita tidak bisa karena dikuasai keadaan sosial," ujar Reddy.
"Kita tidak tahu apa efek jangka panjangnya jika hal ini terus berlanjut selama bertahun-tahun," tambahnya lagi.
Tidur yang bermasalah bisa menimbulkan berbagai efek pada kesehatan, salah satunya diabetes. Dr Reddy masih mengumpulkan data tentang aktivitas dan waktu tidur dan ia mengatakan, "Di sanalah masa depan hal ini."