Rahasia Tersembunyi Jet Lag Bagi Tubuh

Ilustrasi otak
Sumber :
  • Pixabay

VIVA.co.id – Terbangun di tengah malam, tertidur ketika sedang makan malam dan pusing adalah tanda klasik dari jet lag. Tapi gejala umum tersebut bukan itu saja yang mempengaruhi tubuh Anda.

"Ketika Anda berada di zona waktu yang baru, jam tubuh Anda masih sama ketika di rumah. Dan akan bisa berubah ke waktu yang baru secara perlahan," kata pakar tidur Charmane Eastman, profesor di departemen ilmu perilaku di Rush University Medical Center, Chicago.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa jam tubuh yang disetel ulang dapat mendatangkan bahaya pada perut Anda dari waktu ke waktu. Untuk mendapatkan tentang informasi jet lag, peneliti telah melihat kepada pegawai maskapai seperti pilot dan pramugari untuk memperlajari lebih lanjut.

Berikut adalah beberapa wawasan tentang seberapa sering, jet lag kronis dapat mempengaruhi kesehatan Anda, seperti dilansir laman Huffington Post.

Meningkatkan risiko kanker

Studi berbasis populasi pada pramugari dan awak pesawat telah menemukan, orang-orang ini memiliki tingkat lebih tinggi dari kanker payudara, melanoma, dan kanker prostat daripada populasi orang dewasa biasa. Salah satu pembedanya, peneliti menduga ada hubungannya dengan jet lag kronis mereka. 

Para peneliti di belakang studi ini mencatat bahwa faktor-faktor lain seperti paparan radiasi kosmik dapat menyebabkan penyakit kanker meningkat. Tapi studi terbaru lainnya yang dilakukan pada tikus menunjukkan temuan serupa. Tikus yang mengalami jet lag kronis lebih mungkin untuk berkembangnya kanker payudara dibandingkan tikus yang tidak jet lag.

Bisa melukai ingatan 

Penelitian juga telah menunjukkan jet lag kronis mungkin benar-benar mempercepat penurunan kognitif. Peningkatan kadar hormon kortisol telah terbukti negatif mempengaruhi fungsi kognitif, dan salah satu studi pada awak pesawat ditemukan bahwa individu yang bekerja di penerbangan internasional jarak jauh memiliki kadar kortisol lebih tinggi dari rata-rata dibandingkan dengan kru yang bekerja di darat.

Para peneliti dalam catatannya menunjukkan bahwa penerbangan internasional kronis dapat meningkatkan produksi kortisol di tubuh. Dan Kortisol yang lebih tinggi sebenarnya menjadi penyebab hasil tes memori yang lebih sedikit.